Atas nama pengendalian dari perubahan iklim global, tiap pesawat yang mendarat atau lepas landas dari 27 negara Uni Eropa diharuskan membayar emisi karbon dioksida sebagai perluasan dari pasar karbon dunia. Dari Indonesia, maskapai Garuda-lah yang akan terkena skema itu karena terbang menuju Amsterdam, Belanda.
"China sudah pasti takkan bekerja sama dengan Uni Eropa dalam skema tersebut," kata Chai Haibo, Wakil Sekretaris Jenderal China Air Transport Association (CATA), Kamis (5/1/2012), dikutip dari media.
"CATA, mewakili maskapai China, menolak praktik sepihak dari Uni Eropa yang memaksa penerbangan internasional untuk membayar emisi karbon," kata Chai.
Dia menegaskan, Pemerintah China menyiapkan aksi balasan meski tak disebutkan detailnya. Sebelumnya, maskapai Delta Air Lines menyatakan, akan menambah biaya ekstra sebesar 3 dollar Amerika Serikat (setara Rp 27.000) ke dalam komponen harga tiket penerbangan antara Amerika dan Eropa.
Biaya ekstra ini merupakan ekses dari diberlakukannya skema perdagangan karbon Uni Eropa. Selasa kemarin, sebagai ekses dari mulai diberlakukannya skema perdagangan karbon Uni Eropa, maskapai Jerman, Lufthansa, juga telah memberi peringatan terhadap pelanggannya terkait adanya kemungkinan kenaikan harga tiket pesawat.
Lufthansa menyatakan, akan ada ekstra pengeluaran sebesar 169 juta dollar Amerika oleh karena skema itu. Lutfhansa juga merupakan maskapai pertama di dunia yang mengumumkan akan adanya biaya tambahan (surcharge) terkait skema tersebut. [Wang Lie Fei / Beijing]