Selain itu, pemerintah Hong Kong melarang perdagangan ayam selama 21 hari dan pengiriman hewan ternak unggas itu dari daratan China. Otoritas Hong Kong pun melakukan pelacakan asal ayam yang mati tersebut.
"Kami tidak tahu jika ayam mati itu dikirim dari China atau dari peternak lokal (di Hong Kong)," ujar juru bicara pemerintah Hong Kong seperti dikutip dari Reuters.
Ia juga menambahkan pasar-pasar ternak --khususnya unggas-- akan dikosongkan dan disterilisasi segera. Hong Kong telah menaikkan tingkat peringatan flu ke level 'serius'.
"Saya mengerti bahwa hal ini menyebabkan ketidaknyamanan bagi masyarakat dan bisnis perdagangan ayam juga akan mengalami kerugian," kata Sekretaris Biro Makanan dan Kesehatan Hong Kong York Chow.
"Namun, demi mengawal kesehatan publik, kami harus melakukan upaya-upaya efektif dan strategis untuk mencegah dan mengendalikan penyebaran virus."
Pada Juni 2008, pemerintah Hong Kong juga melakukan pemusnahan ayam di dua peternakan besar setelah ditemukan ayam yang terinfeksi H5N1. Pemusnahan hewan unggas itu juga dilakukan pada Desember 2008.
Flu burung merupakan salah satu penyakit menular mematikan yang terjadi di wilayah Asia Timur. Penyebaran virus itu diketahui paling cepat terjadi pada musim dingin. Diperkirakan 60% orang yang terinfeksi virus H5N1 tidak berhasil diselamatkan nyawanya.
Rekaman terakhir Hong Kong atas kasus virus H5N1 yang menginfeksi manusia terjadi November tahun lalu. Saat itu seorang perempuan berusia 59 tahun menderita sakit setelah kembali dari daratan China. Perempuan itu berhasil sembuh dari flu burung yang dideritanya.
Kesigapan pemerintah Hong Kong menghadapi penyakit-penyakit menular mulai terlatih sejak merebaknya wabah penyakit pernapasan SARS yang menewaskan 300 orang di kota itu pada 2003. [Eleven Yang / Hong Kong / China / Tionghoanews]