Menurut kerangka kesepakatan, Pemerintah Afganistan akan memperbolehkan perusahaan China untuk mengelola ladang minyak di Provinsi Sari Pul dan Fariyab. Kawasan tersebut, yang dikenal dengan nama kawasan Sungai Amu Darya, diyakini memiliki cadangan minyak sebanyak 87 juta barrel.
Menteri Pertambangan Wahidullah Shahrani akan menandatangani perjanjian tersebut, sementara wakil dari China adalah direktur perusahaan itu sendiri. Demikian diungkapkan juru bicara Kementerian Pertambangan, Jawan Umar, di Kabul.
Pemerintah menyatakan, kontrak dengan China National Petroleum Corporation (CNPC) ini merupakan kontrak pertama dengan perusahaan asing yang akan mengeksploitasi minyak Afganistan. CNPC bersedia membangun fasilitas pengilangan dan penyulingan minyak di negara yang baru bangkit dari peperangan itu. Kontrak tersebut juga meminta CNPC membentuk perusahaan patungan dengan perusahaan lokal, yaitu Watan Group. Sekitar 70 persen dari keuntungan operasi itu akan diberikan kepada Pemerintah Afganistan.
Selama ini Afganistan sangat tergantung dengan minyak yang diimpor dari negara tetangganya, seperti Iran dan negara-negara di Asia tengah.
Provinsi Sari Pul dan Fariyab terletak beberapa ratus kilometer dari pusat pertempuran di timur dan tenggara. Kawasan ini juga dianggap cukup aman. NATO telah memberikan tanggung jawab kepada tentara dan polisi Afganistan untuk mengamankan daerah tersebut.
Survei yang dilakukan oleh Soviet pada tahun 1970-an memperlihatkan bahwa sebenarnya Afganistan memiliki kekayaan alam berupa kandungan mineral berlimpah. Perusahaan-perusahaan Afganistan dan perusahaan asing telah menyatakan tertarik mengolah tembaga, bijih besi, dan minyak. Tetapi karena infrastruktur yang buruk dan masalah keamanan akibat perang selama 10 tahun, beberapa perusahaan asing memilih menjauhi Afganistan.
Minyak dari Iran;
Sementara itu, Iran telah menandatangani kesepakatan dengan Afganistan untuk mengekspor satu juta ton minyak, bensin, dan bahan bakar pesawat per tahun. Pengiriman bahan bakar ini akan dimulai awal tahun 2012.
Iran sendiri memenuhi sekitar 30-40 persen kebutuhan bahan bakarnya dari impor. Tahun lalu, Pemerintah Iran mengatakan siap mengekspor minyak. Penjualan minyak ke luar negeri ini sudah dikonfirmasikan oleh para pejabat setempat, tetapi tidak ada yang mengetahui kapan ekspor tersebut akan dimulai.
"Iran telah mengekspor minyak ke Afganistan, termasuk bahan bakar pesawat jet," ujar Direktur Pelaksana Perusahaan Penyulingan dan Distribusi Produksi Minyak Iran Ali Reza Zeighami.
Zeighami mengatakan, harga minyak ini akan ditentukan berdasarkan harga minyak di pasar internasional.
April lalu, pejabat setempat menyatakan Iran telah menjalin kerja sama untuk mengekspor minyak ke Irak. Sedikitnya pengiriman ini tidak berarti Iran menjadi eksportir neto dan bebas dari ketergantungan terhadap minyak impor.
Menurut catatan pengapalan minyak, pada November lalu impor minyak Iran tercatat naik lebih dari 21 persen, atau 63.279 barrel per hari dari 51.986 barrel per hari pada September. [Li Xing Yi / Shanghai / China / Tionghoanews]