Dengan perluasan jaringan jalur KA tersebut, maka kesimpulannya, jalur KA ekspres dari 649 km pada 2008 dan kini menjadi 8.400 km, akan terus diperpanjang menjadi 19.000 km tahun 2014, karena China ingin menguasai ekonomi Asia, khususnya Asia Tenggara. Ambisi Beijing membangun jaringan KA ini dianggap sebagai tonggak baru sejarah pembangunan jaringan KA serta segera mengurangi lamanya perjalanan selama ini. Jalur KA ini juga akan mempermurah biaya ekspor produk-produk China yang semakin membanjir ke Asia dan negara-negara di Asia Tenggara.
Bandingkan dengan jalur KA Indonesia yang hanya berada di Pulau Jawa sepanjang kurang lebih 1.000 km dan 250-an km di Sumatera, maka jalur KA China cukup spektakuler. Saingannya mungkin Eropa dan AS, dan kemudian Federasi Rusia. Dana pembangunan jalur KA bergengsi itu cukup besar, yakni sekitar US$ 530 miliar hingga US$ 750 miliar. Pada 2006, AS menyediakan dana US$ 400 miliar untuk pembangunan trayek KA.
Selain Asia, China juga memperluas bisnis, perdagangan dan investasinya ke benua Afrika. Sejumlah negara di Afrika telah menerima investasi, serta impor produk-produk China, dan sebaliknya Beijing juga mengimpor energi minyak serta bahan mentah untuk keperluan industrinya yang sedang meningkat pesat. Dengan produk domestik bruto sebesar US$ 9.128 miliar dan pendapatan per kapita US$ 3.800, maka China mampu mengurus penduduknya yang berjumlah 1,3 miliar jiwa.
* Mempermudah Angkutan
Dengan membangun jaringan KA ekspres, maka perhatian dunia semakin besar terhadap negeri tirai bambu tersebut. Di dalam negeri, Beijing terkena gangguan politik sektarian di Provinsi Xinjiang dan Tibet yang meliputi wilayah Sichuan, Qinghai, lalu Gansu dan Yunnan. Maka, dengan pembangunan jalur KA yang dimulai dari Guanzhou di selatan ke Urumqi di barat, hingga Harbin di utara, Beijing menyediakan angkutan darat yang menjangkau seluruh negeri, mempermudah lalu lintas penduduk dan angkutan barang.
Jalur KA dimulai dari selatan mencapai ujung utara dan barat melalui berbagai kota dan perdesaan negeri berpenduduk 1,3 miliar jiwa tersebut. Panjang jalur rel KA China itu sepuluh kali lebih panjang jalur KA Jepang. Kebijakan membangun jaringan KA juga termasuk kebijakan China menguasai Laut China Selatan yang diprotes Vietnam, Thailand, Brunei, Filipina dan negara Asteng lainnya. Dalam konteks politik menguasai pelayaran-angkutan laut dan darat (KA) tersebut, Beijing juga menyediakan dana tahunan pertahanan sebesar 624 miliar yuan atau setara US$ 95 miliar.
Namun, media Barat mempertanyakan, sejauh mana kebijakan membangun jalur KA yang panjang tersebut, setelah Menteri Liu Zhijun sebagai penanggung jawab pembangunan dipecat ? Dia dituduh menyelewengkan dana pembangunan sebesar US$ 152 juta. Hasil audit negara juga menunjukkan ada penyimpangan dana sebesar US$ 28 juta lainnya untuk pembangunan jalur KA terpanjang Beijing-Shanghai (1.300 km) oleh petinggi lainnya, yakni Zhang Shuguang. Artinya, ada korupsi US$ 180 juta. Sambutan publik atas pembangunan raksasa moda transportasi ini tidak terlalu menunjukkan antusiasme mereka.
* Memilih Bus
Kecepatan KA nantinya mencapai 350 km per jam, namun harga sewanya cukup tinggi. Memang, jalur KA yang menghubungkan seluruh negeri hanya menguntungkan kalangan menengah-atas. Pada perayaan Imlek tahun lalu dan tahun ini (23 Januari 2012) pasti kebanyakan penduduk kelas bawah memilih naik bus yang tarifnya lebih murah.
Ada analisis bahwa pemecatan-hukuman terhadap para petinggi transportasi adalah bagian kampanye antikorupsi. Atau akibat persaingan politik antarfaksi dalam pemerintahan, dengan menggunakan tuduhan korupsi sebagai senjata menyerang lawan politik. Bila prediksi ini benar, berarti pemecatan dan penyingkiran penanggung jawab pembangunan kurang berpengaruh terhadap gagasan membangun/memodernisasi jalur KA China.
Jawaban untuk menetralisasi isu itu dikemukakan Menteri KA yang baru, yakni Sheng Guangzu. Dia menekankan bahwa kualitas bangunan jalur KA dan semua perlengkapannya harus menjamin keselamatan perjalanan. Sedangkan korupsi memengaruhi kualitas serta bisa mengubah jadwal pembangunan dan penyelesaian jalur KA tersebut. Korupsi juga mempengaruhi kredit yang digunakan, sehingga utang Kementerian KA menumpuk.
Banyak kalangan yang tidak menyangka Beijing memiliki program raksasa, membangun KA-nya. Dampak lainnya mengurangi keuntungan dari proyek KA yang dikontrak China di berbagai Negara, seperti: Aljazair, Iran, Kazakhstan, Rusia, dan lainnya. Ada kemungkinan Beijing menunda pembangunan jalur angkutan di utara Kolombia untuk menyaingi Terusan Panama. Risiko lain dari jalur KA cepat adalah risiko kecelakaan, seperti yang terjadi beberapa waktu lalu. [Priscillia Kang / Jakarta]