Penduduk Panhe, desa di provinsi Zhejiang di timur telah melakukan beberapa protes bulan ini menyangkut penyitaan tanah oleh pemerintah, salah satu dari masalah-masalah sosial paling menekan China.
Pengambilalihan tanah mesyarakat oleh para pejabat memicu kerusuhan Desember lalu di desa Wukan di selatan yang menarik perhatian media internasional dan membuat satu konsesi yang jarang terjadi oleh pemerintah provinsi.
Pada Jumat, media pemerintah melaporkan puluhan orang ditahan di Panhe, sementara dua wartawan -- seorang Prancis dan seorang Belanda-- mengatakan mereka diserang oleh orang-orang yang tidak dikenal ketika mereka berusaha meliput protes-protes itu.
Penduduk desa yang dihubungi melalui telepon mengemukakan kepada media masalah itu sekarang telah selesai dan mereka tidak menginginkan media asing meliput protes itu.
"Mereka menyetujui dengan semua syarat yang kami usulkan, kami menyadari itu adalah masalah kami sendiri, dan kami tidak ingin media asing melibatkan diri," kata seorang penduduk yang menolak namanya disebutkan.
Seorang warga desa lainnya yang mengaku bernama Lu mengatakan mereka tidak dapat melakukan wawancara dengan media.
Perhimpunan Wartawan Asing China (FCCC) pekan ini mengatakan Remko Tanis, wartawan Netherlands Press Association dipukul oleh "satu kelompok penjahat dan orang-orang yang agaknya polisi berpakaian sipil " di Panhe.
Tanis mengatakan penduduk Panhe senang berbicara dengan dia, Rabu.
Seorang wartawan France 24 yang tidak bersedia namanya disebutkan mengatakan ia dihajar dan asisten Chinanya dipukul ketika merska berusaha menuju Panhe,Kamis.
"Mereka memukul beberapa kali muka saya. Hidungnya berdarah dan dahinya memar," katanya kepada media, Jumat dan menambahkan kameranya dibanting.
Sementara itu surat kabar Global Times yang dikelola pemerintah mengatakan "puluhan orang" yang ikut serta dalam protes-protes awal Februari telah ditahan, termasuk penduduk desa yang diciduk pekan ini oleh "agen-agen berpakaian sipil." [Louis Koh / Beijing]