Tidak di China saja, tetapi penelitian ini melibatkan juga sekolah-sekolah di Singapura, Hongkong, dan Korea Selatan.
Menurut laporan koresponden Kompas di Australia, L Sastra Wijaya, prestasi yang dicapai murid sekolah di negara-negara Asia Timur tersebut sebenarnya bukanlah berita baru. Namun menurut Grattan Institute, meski pendanaan untuk bidang pendidikan sudah dilipatgandakan di negara-negara maju seperti Australia, Amerika Serikat, dan Inggris antara tahun 2000 dan 2008, prestasi sekolah mereka masih tertinggal dari anak-anak di Asia Timur tersebut.
"Di Shanghai, hasil tes matematika anak-anak berusia 15 tahun menunjukkan mereka berada di dua atau tiga peringkat lebih tinggi dibandingkan anak-anak di Australia, Amerika, dan Eropa," kata Ben Jensen, Direktur Pendidikan Grattan Institute, seperti dikutip berbagai media Australia, Jumat (17/2/2012).
Menurut Ben Jensen, dampak penelitian ini sangat signifikan bagi para penentu kebijakan pendidikan di Australia. "Dengan perimbangan kekuatan ekonomi sekarang bergeser dari Barat ke Timur, tampaknya di bidang pendidikan juga terjadi hal serupa," katanya.
Yang masih melegakan bagi Australia, menurut Grattan, adalah prestasi murid-murid Negeri Kanguru ini masih lebih baik dibandingkan murid serupa di AS, Inggris, dan Uni Eropa di bidang sains, matematika, dan membaca.
Yang juga menarik dari hasil penelitian tersebut adalah, meningkatnya mutu pendidikan di negara Asia Timur bukan disebabkan faktor budaya seperti budaya Konghucu, kebiasaan menghapal, penekanan pada les privat, ataupun tekanan berlebihan dari orangtua, terutama ibu yang biasa disebut "tiger mothers".
Kunci suksesnya adalah pada peningkatan kualitas tenaga pengajar yang memberikan berbagai kiat untuk belajar secara efektif kepada murid-murid setiap hari. [Louis Koh / Beijing]