Kekerasan-kekerasan itu kabarnya terjadi di dua provinsi yang berbatasan dengan wilayah otonomi Tibet. Sementara, ketegangan daerah-daerah yang berpenduduk etnik Tibet meningkat menyangkut penekanan terhadap agama, politik dan kebudayaan.
China melakukan tindakan keras setelah paling tidak dua warga Tibet lainnya tewas dalam serangkaian protes bulan lalu. Beijing menyebut kejadian itu adalah perkelahian melawan kekuatan-kekuatan yang berusaha memisahkan Tibet dari wilayah China lainnya.
Menurut Radio Free Asia (RFA)-- satu kelompok yang dibiayai AS yang menyiarkan berita dalam berbagai bahasa termasuk Tibet-- Yeshe Rigsal, seorang biarawan, dan abangnya ditembak mati Kamis di provinsi Sichuan, China barat daya.
Kedua bersaudara itu ikut aksi protes di daerah Luhuo yang berpenduduk mayoritas etnik Tibet 23 Januari yang berubah menjadi kerusuhan ketika polisi menembak mati setidaknya satu orang. Dua daerah Sichuan lainnya juga dilanda kerusuhan.
Berita-berita tentang penembakan itu sangat sulit untuk dikonfirmasikan setelah polisi menutup Sichuan barat, melarang para wartawan asing datang, dan memutuskan sebagian besar alat komunikasi.
RFA, yang mengutip seorang biarawan yang tinggal di pengasingan yang dikontak di wilayah itu, mengatakan dua kakak beradik itu sedang lari ke bukit-bukit ketika pasukan keamanan mengepung dan menembak mati mereka.
Insiden itu terjadi sehari setelah seorang biarawan yang berusia 30 tahunan di Qighai- satu provinsi yang banyak dihuni warga Tibet -- membakar dirinya, kata kelompok Free Tibet dan RFA.
Dengan tewasnya para korban itu paling tidak 17 orang membakar diri mereka dalam tahun lalu di daerah-daerah yang dihuni warga Tibet untuk memprotes kekuasaan China.
Ketika menelepon pemerintah dan polisi di daerah Chenduo, tempat terjadi pembakaran diri itu, tidak ada jawaban.
China menyalahkan sebagian kerusuhan itu pada Dalai Lama, pemimpin spiritual Tibet yang tinggal di pengasingan. Chen Quanguo-- ketua daerah otonomi Tibet -- mengatakan, Kamis perjuangan melawan peraih hadiah Nobel Perdamaian itu berat. "Perjuangan kami melawan kelompok Dalai Lama, rumit dan lama," katanya yang dikutip surat kabar Tibet Daily yang dikelola pemerintah. [Miao Miao / Beijing]