INTERNASIONAL | TIONGHOANEWS


Selamat datang berkunjung dalam situs blog milik warga Tionghoa Indonesia. Disini kita bisa berbagi berita tentang kegiatan/kejadian tentang Tionghoa seluruh Indonesia dan berbagi artikel-artikel bermanfaat untuk sesama Tionghoa. Jangan lupa partisipasi anda mengajak teman-teman Tionghoa anda untuk ikutan bergabung dalam situs blog ini.

Kamis, 17 Mei 2012

KEBAHAGIAAN APA YANG DICARI JET LI?

26 April 2012 lalu adalah ulang tahun Jet Li yang ke-49, banyak teman mengucapkan selamat di bloggingnya, juga sahabat karibnya memasukkan foto keluarganya ke facebook. Seiring dengan kekaguman terhadap anak dan istrinya yang cantik, tak pelak orang lantas teringat proses perjalanan batiniah Jet Li.

Sebagai figur publik, Jet Li dapat dikatakan sudah terkenal sejak usia muda. Jet Li remaja dianggap sebagai si jenius ilmu bela diri. Dari usia 12-16 tahun, selama 5 tahun berturut-turut ia menyabet gelar Juara I Serba Bisa pada Kompetisi Wushu Nasional. Pada 1982, ia menjadi tersohor sesudah membintangi film Shaolin Temple yang menggemparkan itu. Sejak saat itu, ketenaran dan kekayaan senantiasa mengujinya sejak usia dini: terus berlatih ilmu seni bela diri, atau terjun ke dunia TV dan film?

Setelah selesai shooting film Shaolin Temple, Jet Li tak sengaja terluka saat berlatih Wushu. Dokter ahli bedah mengatakan, meskipun telah sembuh ia tak lagi bisa menekuni seni bela diri, sejak itu Jet Li meninggalkan dunia seni bela diri dan memasuki dunia film dan TV. Kemudian, di banyak film laga, ia secara ajaib memainkan banyak peran. Ketika menginjak usia 30 ia telah menghasilkan kekayaan lebih dari 100 juta dollar. Pada usia 34, Jet Li telah membintangi 19 film Kung Fu Hong Kong, dan menjadi super star bela diri Hong Kong yang tak terbantahkan.

Namun, Jet Li belum merasa bahagia, target yang tak berhenti mengalir membuatnya sangat menderita. Pada 1997, saat krisis moneter mendera, banyak industri mengalami kesulitan, tak terkecuali industri film dan TV tempat dia bekerja, Jet Li yang kala itu berusia 34 tahun barulah memiliki waktu untuk duduk tenang dan merenungkan apa itu kebahagiaan?

Dengan pertanyaan ini, ketika sedang shooting film di Hollywood, Jet Li membaca banyak kitab klasik kenamaan Tiongkok. Meskipun ia tidak menemukan jawabannya, tetapi ia menemukan esensi yang terkandung di dalam peradaban 5.000 tahun Tiongkok. Dari puisi dan syair zaman Dinasti Tang dan Song, ia menemukan sejumlah asupan rohani rakyat Tiongkok, ia menemukan, sejarah telah mengatakan kepadanya sebuah dasar aturan permainan. "Li Bai, Du Fu (2 sastrawan legendaris Tiongkok zaman Tang-Song) waktu itu mereka terlalu miskin," kata Jet Li, "Tetapi akhirnya mereka kaya selama ribuan tahun."

Pada 26 Desember 2004, ketika bencana tsunami terbesar selama ratusan tahun di seluruh muka bumi menyapu Provinsi Aceh Indonesia, justru Jet Li sedang bersama keluarganya sedang berlibur di Pulau Maladewa (yang juga terkena imbasnya). Setelah bersinggungan dengan maut, ia secara pribadi menyadari betapa tak berartinya manusia di hadapan alam, bagaimanapun kompeten dan terhormatnya manusia selalu tidak dapat dipisahkan dari hidup dan mati.

Bagaimana menjalani kehidupan yang terbatas ini? Jet Li mengatakan: "Saya pikir seharusnya ada sesuatu yang disukai bersama oleh manusia, sesuatu yang diakui bersama, maka saya akan pergi ke arah itu untuk menemukannya. Dampak seputar kematian telah memberitahu Anda tidak punya waktu lagi, keyakinan ini sangat jelas dalam benak saya, waktu tidak banyak lagi, Anda jangan berpikir lagi, hanya lakukan saja."

Sejak saat itulah fokusnya berpindah ke urusan badan amal publik, kegiatan akting hanya menjadi hobi saja. Pada 8 Desember 2006, Jet Li mendirikan Yayasan Amal Yi. Pada masa awal jalannya sangat sulit, tapi saat ini Yi Foundation telah melakukan kegiatan di banyak tempat. Tujuan Jet Li, "Saya berharap, suatu hari nanti jika Jet Li telah tiada, yayasan ini masih eksis."

Meskipun sulit, namun sesudah melalui semua pengalaman tersebut, Jet Li beranggapan dirinya telah menemukan "kebahagiaan" yang terus dicarinya dengan susah payah: "Kebahagiaan ini tidak membutuhkan dukungan tambahan, suatu kebahagiaan yang tidak membutuhkan rumah, mobil, perusahaan dan status sosial, ini keluar dari hati sanubari. Sifat dasar kebahagiaan ini timbul karena sudah tidak ada keegoisan dalam diri sendiri lagi, yang telah terkoyak oleh tsunami, di dalam hati terisi penuh dengan orang-orang yang membutuhkan bantuan kita."

Jet Li mendeskripsi dirinya yang sekarang adalah: "Ketika saya secara impulsif berjalan ke dalam sebuah dunia materi, saya langsung akan tahu saya telah melangkah terlalu jauh dan harus mundur dua langkah, ketika saya berjalan terlampau jauh menuju ketenaran dan kekayaan, maka saya harus mundur lagi." [Eleven Yang / Hong Kong]

* Sumber: Google Search Engine

ARTIKEL YANG BERKAITAN

Mari kita dukung kiriman artikel-artikel dari teman-teman Tionghoa, dengan cara klik "SUKA" dan teruskan artikel kesukaan Anda ke dalam facebook, twitter & googleplus Anda.

TERBARU HARI INI

ARTIKEL: BUDAYA

ARTIKEL: KEHIDUPAN

ARTIKEL: KESEHATAN

ARTIKEL: IPTEK

ARTIKEL: KISAH

ARTIKEL: BERITA