Dari Amerika Serikat, Kanada, Jerman, Norwegia, Australia, Korea Selatan, Jepang, Mongolia, Hong Kong, dan Daerah Administratif Khusus China Macao. "Hanya ada satu murid dari Indonesia," kata Chen. Karena itu, di ruang tamu sekolah itu terpajang bendera dari seluruh dunia. Sistem kurikulumnya juga berbeda dari sekolah pada umumnya. Murid SMP dan SMA sudah dipersilahkan menyusun sendiri kurikulum pelajaran layaknya mahasiswa di perguruan tinggi.
"Yang senang menekuni dunia teknik, mekanik, otomotif, sejak awal mereka diberi pelajaran yang sesuai dengan kesukaan mereka," tutur Chen. Demikian pula yang hobi olahraga, fashion, kesehatan kedokteran mereka akan mendapatkan bobot lebih dibanding murid lain.
Lagi-lagi pengurus Yayasan Amal PAPB dibuat berdecak kagum ketika melihat sekelompok anak-anak SMP BNDS sibuk menggambar desain mobil sedan. Semula mereka menggambar di kertas, kemudian dipindah menggunakan scan dan IT. "Masya Allah, luar biasa," tutur Ramelan, Kepala SMP YAPAPB Semarang.
* Peralatan Lengkap
Ruang Informasi dan Teknologi (IT) juga peralatan multimedia semua lengkap tersedia. Sementara di sudut lain terlihat murid-murid sedang sibuk menggambar pola sejenis batik khas China.
Setelah gambar selesai, disesuaikan dengan ukuran pakaian. "Anak-anak dikenalkan dengan model dan corak pakaian seluruh dunia," kata Chen. Peralatan meja pola, meja potong, mesin jahit, mesin bordir dan lain-lain semuanya tercukupi dalam ruangan yang sangat luas.
Sebagai sekolah yang dipersiapkan mendidik atlet-atlet olahraga China untuk mengikuti Olympiade, sekolah ini memiliki sarana olahraga yang luar biasa luas.
Dari stadion sepakbola, atletik, basket, tenis lapangan, tenis meja, bola voli, bulu tangkis, hingga kolam renang indoor semua tersedia.
"Kami melihat sekolah ini memadukan antara pendidikan keilmuan dengan vokasi dalam dunia kerja sehingga murid-muridnya sejak awal diarahkan sesuai dengan dunia lapangan kerja mereka," tutur Prof Dr Ali Mansyur SH CN, Ketua Umum Yayasan Amal PAPB Semarang.
Wakil Kepala SMP BNDS Mr Ke yu bi, Beijing National Day menjelaskan, sekolah ini berdiri tahun 1952 dan berkembang cepat di bawah perhatian mantan Perdana Menteri Zhou Enlai dan para pemimpin nasional China. "Saat ini luas kampus kami 20 hektare dengan jumlah murid 4.000 anak," tutur Ke yu bi yang asli Semarang itu.
Mereka diasuh oleh 400 lebih guru yang sebagian besar bergelar master pendidikan. Untuk melengkapi belajar mereka tersedia 220.000 judul buku di perpustakaan kampus. Lembaga pendidikan ini, papar Keyu bi, awalnya sebuah sekolah untuk anak-anak dari Komite Militer Pusat yang diasuh oleh Marsekal Rongzhen.
Untuk memperingati Proklamasi RRC pada 1 Oktober 1949 dengan Pendiri RRC, sekolah itu resmi menggunakan nama Beijing National Day School atau Sekolah Beijing Oktober. [Zhang Mei Ling / Jakarta] Sumber: Suara Merdeka
PESAN KHUSUS
Silahkan kirim berita/artikel anda ke ke alamat email: tionghoanews@yahoo.co.id
MENU LINKS
http://berita.tionghoanews.com
http://internasional.tionghoanews.com
http://budaya.tionghoanews.com
http://kehidupan.tionghoanews.com
http://kesehatan.tionghoanews.com
http://iptek.tionghoanews.com
http://kisah.tionghoanews.com