Siti mengatakan, nilai impor kerajinan pada kuartal I-2011 juga naik dari US$ 173,17 juta menjadi US$ 186,18 juta atau sebesar 7,5 persen. Produk impor kerajinan yang paling dominan berasal dari China 46,3 persen, Hongkong 11,8 persen, Korea Selatan 10,7 persen. "Ketiga negara ini yang menjadi pesaing bagi kerajinan kita," kata Siti.
Sementara nilai ekspor produk kerajinan Indonesia tahun 2010 mencapai US$ 624,30 juta atau mengalami kenaikan 7,15 persen. Nilai ekspor Januari sampai Mei 2011 sebesar US$ 273,54 juta atau meningkat sebesar 8,7 persen dengan tujuan utama AS sebesar 43,3 persen, Jepang 12,3 persen, Inggris 4,4 persen, serta Australia, Jerman, Belanda, Perancis rata-rata 3,5 persen. "Namun pada akhir tahun 2011 nanti kami menargetkan ekspor maksimal hingga 10%," katanya.
Siti mengatakan, potensi pasar luar negeri (ekspor) juga sangat besar, tetapi jangkauan ke pasar luar negeri dan pemahaman mengenai perilaku konsumen luar negeri harus terus ditingkatkan. "Konsumen asing relatif memiliki apresiasi tinggi terhadap produk atau jasa yang memiliki konten lokal dan bernilai seni," katanya.
Sementara itu, Menteri Perindustrian, MS Hidayat menghimbau para pelaku Industri Kecil Menengah (IKM) agar dapat membaca peluang pasar serta mensiasati perubahan pasar yang cepat ditengah krisis yang melanda Eropa dan AS.
Permasalahan utama yang dihadapi oleh IKM, kata Hidayat, adalah terbatasnya kemampuan akses informasi untuk membaca peluang pasar serta mensiasati perubahan pasar yang cepat, sulitnya mendapatkan akses permodalan, keterbatasan sumber daya manusia yang siap, serta kurang dalam kemampuan manajemen dan bisnis. "Saya menghimbau agar semua kendala dan tantangan yang ada dapat dijadikan 'stimulant' bagi para IKM sekalian untuk berjuang dan berkarya lebih gigih lagi," kata politisi Partai Golkar tersebut.
Ketangguhan IKM terbukti dari pengalaman lalu ketika menghadapi guncangan ekonomi pada tahun 1997-1998 dan krisis 2008-2009 bahwa kreatifitas dalam menciptakan desain yang unik telah memberikan kita keunggulan daya saing produk di pasar internasional. "Industri kecil dan menengah (IKM) diharapkan menjadi penopang utama produk domestik bruto (PDB) pada tahun 2025 dengan jumlah IKM yang terus meningkat diharapkan mampu berkontribusi 50 persen terhadap PBD," ujarnya
Pada tahun 2010 lalu, jumlah IKM di Indonesia telah mencapai 3,8juta usaha,yang berkontribusi terhadap PDB sekitar 10 persen. Namun saat ini, IKM mampu menyerap tenaga kerja sebanyak 9,2 juta jiwa. Total nilai investasi di sektor IKM mencapai Rp 244 trilliun dengan kemampuan produksi Rp 561 triliun dan ekspor US$ 15 miliar.
Direktur Jenderal Industri Kecil dan Menengah Kementerian Perindustrian, Euis Saedah, di tempat yang sama mengatakan agar IKM lebih pintar mencari pasar baru terkait dengan kebijakan Generalized System Of Preferences (GSP). "Sekarang ini Amerika Serikat dan Eropa sedang mereposisi ekonomi mereka, Jadi wajar jika kemudahan-kemudahan dan pre-village masuk akan ditinjau kembali. Tahun 2012 nanti Kemenperin akan membuka gerai di Timur Tengah sebagai salah satu cara dalam membuka pasar baru," ujarnya
Euis Saedah juga menyarankan agar para pelaku IKM untuk bekerja lebih efektif. "Saya juga menyarankan agar HIMPI dan para pelaku IKM lainnya supaya bekerja lebih efektif lagi, jangan hanya bekerja dengan bisnis as usual yang artinya IKM sering bekerja begitu-begitu saja dan tidak melakukan terobosan baru. Hal ini yang menjadi salah satu penyebab penghalang majunya IKM," ucap Euis. [Meilinda Chen / Jakarta / Tionghoanews]