Kementerian Luar Negeri China mengatakan menerapkan sanksi terhadap Zhuhai Zhenrong berdasarkan undang-undang Amerika Serikat adalah sesuatu yang tak masuk akal.
"Menjatuhkan sanksi terhadap perusahaan China berdasarkan undang-undang AS sama sekali tidak masuk akal dan tidak sesuai dengan isi resolusi Dewan Keamanan PBB atas isu nuklir Iran," kata juru bicara Kemenlu China, Liu Weimin.
"China menyatakan kekecewaannya dan secara tegas menolak sanksi," tambah Weimin.
Washington menuding Zhuhai Zhenrong adalah satu dari tiga perusahaan pemasok produk-produk minyak olahan terbesar ke Iran.
Kementerian Luar Negeri AS mengatakan sanksi itu dijatuhkan untuk mencegah perusahaan itu mendapatkan lisensi ekspor dari AS, pendanaan dari bank ekspor impor AS atau pinjaman lebih dari US$ 10 juta dari lembaga keuangan AS.
Dan sanksi ini adalah bagian dari upaya internasional untuk memaksa Iran menghentikan ambisi nuklirnya.
Uni Eropa juga telah sepakat untuk mengikuti jejak AS membekukan aset-aset milik Bank Sentral Iran dan menjatuhkan embargo impor minyak Iran.
* PM China kunjungi Arab Saudi
Bersamaan dengan kecaman Kemenlu China, PM Wen Jiabao melakukan kunjungan kerja ke Arab Saudi, negara pengekspor minyak terbesar ke negeri Tirai Bambu.
Seperti dikutip kantor berita Xin Hua kepada Pangeran Nayef, Wen mengatakan kedua negara kini berada di dalam tahapan penting dalam pembangunan dan melihat prospek besar untuk memperkuat kerjasama.
"Kedua negara harus berupaya untuk memperluas perdagangan dan kerja sama baik dalam hal minyak mentah atau gas alam," kata PM Wen.
Dalam kunjungannya itu, perusahaan minyak Arab Saudi Aramco dan perusahaan minyak China Sinopec mencapai kesepakatan awal untuk membangun kilang minyak di kota Yanbu dengan kapasitas 400.000 barel per hari.
* Perhatian China
Sanksi terhadap ekspor minyak Iran menjadi perhatian serius China, yang membutuhkan banyak pasokan energi untuk menjaga pertumbuhan ekonominya.
Iran saat ini adalah pemasok minyak mentah terbesar untuk China disusul Angola dan Arab Saudi.
Sementara itu, Teheran memperingatkan negara-negara tetangganya tidak menutup kekurangan minyak dunia saat Iran dikenai sanksi AS dan Uni Eropa.
"Kami tak akan menganggap aksi demikian sebagai sebuah tindakan bersahabat," kata perwakilan Iran untuk OPEC, Mohammad Ali Khatibi.
"Jika negara-negara penghasil minyak di Teluk Persia memutuskan untuk menggantikan minyak Iran, mereka harus bertanggung jawab atas apa yang akan terjadi," tambah Khatibi. [Miao Miao / Beijing]