Dalam pernyataannya hari Kamis, LSM berbasis di Paris itu menyatakan kemarahan atas kebijakan teror tersebut, yang menentang terang-terangan dilakukan oleh pihak berwenang Tiongkok di Daerah Otonomi Tibet Gan Lho di provinsi Gansu. Pernyataan itu mengatakan polisi memasang pengumuman di tempat-tempat umum di mana dikatakan mereka yang menyebarkan pandangan dan informasi tertentu diancam akan "dipukul" dan "disiksa."
LSM itu mengatakan informasi tentang pengumuman itu dipaparkan di harian Tibet Post Internasional dan situs berita Tibet yang berbasis di Dharamsala, India, pusat penampungan warga Tibet di pengasingan.
Reporters Without Borders mengatakan tujuan ancaman penyiksaan adalah "untuk menanamkan teror pada semua orang yang kemungkinan menyebarkan informasi tentang kebijakan represif pemerintah" terhadap warga Tibet.
LSM itu memperingatkan bahwa pemasangan pengumuman ancaman pembalasan secara fisik merupakan pelanggaran Pasal 2 Konvensi internasional menentang Penyiksaan dan Perlakuan atau Hukuman yang tidak manusiawi, yang telah ditandatangani Tiongkok. LSM itu meminta Badan Khusus Pelapor PBB tentang penyiksaan, Juan Mendez, membuka penyelidikan atas laporan tentang pengumuman ancaman itu dan mengecam pihak berwenang karena menggunakan ancaman semacam itu. [Louis Koh / Beijing]