Penemuan tersebut dipercaya sebagai penemuan terbesar sejak berdirinya Republik Rakyat China pada 1949, kata arkeolog dari Institut Arkeologi yang berada dibawah naungan Akademi Sosial Sains China (CASS) dalam jumpa pers pada Senin.
Tim yang dibentuk oleh sejumlah arkeolog dari CASS dan Institut Warisan Budaya Provinsi Hebei pada Januari lalu itu menemukan 2.895 patung Buddha dan pecahan patung di sebuah lubang yang mempunyai lebar tiga meter dan kedalaman 1,5 meter di situs bersejarah Yecheng.
"Situs itu berusia 2.500 tahun dan terletak di daerah Linzhang," kata anggota tim Dr He Liqun.
Patung Buddha itu kebanyakan terbuat dari marmer putih dan batu baru, yang berasal dari Dinasti Wei Timur dan Qi Utara (534 M - 577 M).
"Beberapa patung yang ditemukan ada yang dicat atau dilapisi emas. Patung-patung itu 20 centimeter lebih tinggi dari ukuran manusia sebenarnya," ujar Wenrui, pejabat Biro Warisan Budaya Provinsi Zhang.
Yecheng pertama kali dibangun saat musim semi dan gugur (770 SM-476 SM) dan merupakan pusat perpolitikan China sepanjang kekuasaan Tiga Kerajaan (220 M-280 M) dan Dinasti Utara (386 M-581 M).
Ajaran Buddha sangat populer selama pemerintahan Dinasti Wei Timur dan Qi Utara yang menjadikan Yecheng sebagai ibu kota kerajaan. Pada masa kekuasaan Dinasti Qi Utara, keluarga kerajaan sangat menghormati Buddha dan lebih dari sepertujuh diantaranya adalah biksu dan biksuni Buddha.
Biro warisan budaya daerah Linzhang menyatakan dalam surat elektronik kepada Kantor Berita Xinhua pekan lalu, bahwa pemerintah setempat telah menandatangani nota dengan perusahaan lokal untuk melakukan investasi bersama pembangunan taman budaya Linzhang senilai 10 miliar yuan (1,59 miliar dolar AS).
Taman budaya yang diperkirakan mempunyai luas 107 hektare itu bertujuan sebagai meningkatkan penelitian, melindungi peninggalan Buddha serta meningkatkan pasar turis lokal, ujar pernyataan itu.
Taman itu terdiri atas museum, sekolah Buddha, kuil, patung Buddha, serta hotel, pertokoan dan parkir bagi wisatawan. [Louis Koh / Beijing]