Para demonstran menentang keberadaan pipa pembuangan limbah dari sebuah pabrik kertas setempat yang mengarah ke wilayah laut. Diketahui bahwa Qidong dihuni oleh penduduk yang mayoritas bekerja sebagai nelayan.
Mereka melawan argumen pemerintah bahwa limbah pabrik tersebut tidak akan mencemari air laut. Sekitar lebih dari 1.000-an demonstran melakukan long march di jalanan Qidong sebelum akhirnya menduduki kantor pemerintahan setempat.
"Pemerintah mengatakan bahwa limbah tersebut tidak akan mencemari laut, tapi jika itu memang beanr, lalu kenapa mereka tidak membuangnya ke Sungai Yangtze? Tentu jika mereka membuangnya ke sungai, maka akan berdampak pada penduduk Shanghai dan orang-orang Shanghai akan menentangnya juga," ucap salah seorang demonstran, Lua Shuai, seperti dilansir oleh Reuters, Sabtu (28/7/2012).
Selain menduduki gedung pemerintahan setempat, para demonstran terlihat merusak komputer yang ada di dalamnya, menjungkirbalikkan meja dan melempar dokumen-dokumen yang ada ke luar jendela. Aksi ini justru disambut teriakan heboh oleh demonstran lain yang ada di luar gedung.
Seorang saksi mata menurutkan kepada Reuters, sedikitinya ada 5 mobil dan sebuah minibus yang berhasil dijungkirbalikkan oleh demonstran. Lebih dari 1.000 personel kepolisian berjaga di lokasi, namun mereka tampaknya tidak bisa berbuat banyak. Malah terlihat ada 2 polisi yang diseret oleh demonstran ke tengah kerumuman dan kemudian dipukuli dan dianiaya hingga berdarah-darah.
Aksi unjuk rasa ini sebenarnya sudah berlangsung sejak kemarin (27/7) dan pemerintah kota Qidong telah mengumumkan penundan proyek pembangunan pipa pembuangan tersebut. Namun ternyata para demonstran tidak puas dengan pengumuman tersebut dan mereka memutuskan untuk menggelar aksi lanjutan hari ini.
"Jika memang pemerintah berniat menghentikan proyek ini, seharusnya mereka lakukan sejak awal. Jika dilakukan sekarang sudah sangat terlambat," ucap seorang demonstran lainnya, Xi Feng. [Miao Miao / Beijing]