INTERNASIONAL | TIONGHOANEWS


Selamat datang berkunjung dalam situs blog milik warga Tionghoa Indonesia. Disini kita bisa berbagi berita tentang kegiatan/kejadian tentang Tionghoa seluruh Indonesia dan berbagi artikel-artikel bermanfaat untuk sesama Tionghoa. Jangan lupa partisipasi anda mengajak teman-teman Tionghoa anda untuk ikutan bergabung dalam situs blog ini.

Senin, 12 Desember 2011

TIM PERETAS DIPERINTAH LANGSUNG OLEH PEMERINTAH CHINA

Para pakar dan pengamat keamanan dunia maya di Amerika Serikat, menemukan indikasi bahwa beberapa kelompok peretas dari China mendapat dukungan atau perintah langsung dari pemerintah China untuk meretas sistem perusahaan-perusahaan dan lembaga-lembaga pemerintah AS untuk mencuri data penting.

Demikian dilaporkan kantor berita Associated Press, hari Senin (12/12/2011). Menurut para pakar keamanan cyber tersebut, serangan digital yang agresif dari China telah mencuri berbagai hak kekayaan intelektual dan berbagai data yang bernilai miliaran dollar AS.

Salah satu analis keamanan digital ini mengatakan, hasil penyelidikan selama ini menunjukkan ada sedikitnya 12 tim peretas dari China. Mereka terlihat mendapat pesanan atau order khusus untuk mengejar teknologi yang spesifik atau perusahaan-perusahaan tertentu di sebuah bidang industri.

Kadang-kadang, dua atau lebih tim peretas ini mendapat orderan yang sama, dan mereka kemudian berlomba lebih dulu meretas dan mencuri data dari daftar target, atau berlomba mengumpulkan sebanyak mungkin data yang bisa mereka curi.

Jon Ramsey, kepala unit perlawanan ancaman digital dari Dell SecureWorks di Atlanta, AS, mengatakan, para peretas dari China ini memiliki sidik jari digital yang unik, dan kelihatan dari kode-kode komputer yang mereka gunakan.

Para analis AS juga telah melacak cukup banyak asal serangan ini dan yakin bahwa serangan-serangan itu terkait dengan Beijing, baik itu pihak pemerintah atau militer China.

Mereka bahkan bisa mengelompokkan asal para peretas di dunia ini menjadi dua kelompok besar. Para peretas yang suka mencuri kekayaan intelektual maupun data rahasia, biasanya berasal dari China. Sementara para peretas yang menyasar data kartu kredit dan data keuangan pribadi biasanya berasal dari Eropa timur dan Rusia.

Sekitar sepuluh tahun lalu, para peretas dari China fokus menyerang lembaga-lembaga pemerintah AS. Namun belakangan, serangan mereka diperluas dengan menyasar berbagai perusahaan di sektor industri pertahanan dan sektor-sektor vital lainnya, seperti energi dan keuangan.

Para pakar dan analis ini rata-rata tidak mau menyebutkan identitas mereka karena sifat sensitif masalah ini dan untuk melindungi identitas klien mereka.

Sampai saat ini pemerintah AS dianggap belum berbuat cukup untuk menekan China agar menghentikan serangan digital ini. "Saat ini situasinya sangat buruk. Jika Anda ingin menyerang saya (secara digital) Anda bisa melakukan apa pun, karena saya tidak bisa berbuat apa-apa. Semua bebas risiko, sementara Anda rela melakukan apa saja untuk mengejar saya," tutur James Cartwright, mantan Wakil Kepala Staf Gabungan AS yang juga seorang ahli dalam permasalahan dunia maya.

Selama ini, China selalu membantah tuduhan telah melakukan kegiatan mata-mata di dunia maya, dan mengatakan pihaknya juga menjadi korban serangan serupa. Pemerintah AS sendiri bersikap hati-hati untuk mengaitkan setiap serangan dengan Beijing.

Menurut Cartwright, pemerintah AS sudah saatnya menerapkan kebijakan tegas terhadap setiap serangan digital dengan ancaman sanksi yang jelas kepada negara-negara asal serangan atau negara-negara yang membiarkan serangan ini terjadi melewati wilayahnya. [Li Xing Yi / Shanghai / China / Tionghoanews]

ARTIKEL YANG BERKAITAN

Mari kita dukung kiriman artikel-artikel dari teman-teman Tionghoa, dengan cara klik "SUKA" dan teruskan artikel kesukaan Anda ke dalam facebook, twitter & googleplus Anda.

TERBARU HARI INI

ARTIKEL: BUDAYA

ARTIKEL: KEHIDUPAN

ARTIKEL: KESEHATAN

ARTIKEL: IPTEK

ARTIKEL: KISAH

ARTIKEL: BERITA