"AS telah mencurahkan perhatian besar terhadap Taiwan termasuk meningkatkan kunjungan resmi dan membebaskan visa perjalanan ke AS. Langkah ini wajar menimbulkan kecurigaan bahwa AS mencoba mempengaruhi ketatnya persaingan pemilu presiden Taiwan yang akan digelar pada Januari," tulis The Taipei Times.
Pakar politik Universitas Tamkang Edward Chen mengatakan waktu pengumuman visa hanya beberapa pekan sebelum pemilu 14 Januari jelas "berkonotasi politik."
Meski AS mempengaruhi perpolitikan Taiwan sejak penempatan militernya di kepulauan Taiwan di era Perang Dingin, Washington secara umum menjauhkan diri dari pemilu presiden.
Secara de facto kedutaan Amerika di Taipei menyatakan bahwa Washington tetap netral hingga saat ini juga, ingin melihat pemilu yang bebas dan adil pada salah satu negara yang memiliki demokrasi yang terus berkembang di Asia. "AS tidak ada campur tangan dalam pemilu negara lain, termasuk juga Taiwan," kata Sheila Paskman, jurubicara wanita pada institut Amerika di Taiwan."
Taipei Times menyatakan AS cenderung mendukung Tsai Ing wen, dari kubu oposisi yang pro-Kemerdekaan dibanding presiden saat ini Ma Ying-jeou yang mengambil sikap bersahabat dengan China.
Ma telah membuat kebijakan ekonomi yang mengikat hubungan Taiwan dan pasar China yang menguntungkan. Beijing, yang mengklaim bahwa pulau Taiwan merupakan bagian wilayahnya, merasa senang, dengan mengabaikan ancaman pasukan militer masa lalu.
Hasilnya telah meredakan ketegangan ke level terendah sejak China dan Taiwan berpisah di tengah perang saudara.
Sebaliknya, Partai Demokratik Progresif pimpinan Tsai mendukung kemerdekaan resmi dari China, yang bertentangan dengan kemerdekaan de facto Taiwan sekarang. Pendahulunya sebagai pemimpin partai, Chen Shui-bian, kerap memicu kemarahan Beijing - dan yang sesuai dengan Amerika - ketika ia menjadi presiden dari 2000-2008. Meskipun Tsai telah mundur dari penerusan politik luar negeri sekalipun menuju perang dengan China, ia tidak pernah secara terbuka menolak kemerdekaan.
Jajak pendapat menunjukkan persaingan yang sangat ketat. Meskipun Ma sedikit memimpin, sebuah lonjakan peringkat ketiga partai yang mencalonkan James Soong - mantan anggota Partai Nasionalis Ma - kemungkinan akan mengambil suara lebih jauh dari Ma daripada Tsai.
Ma telah berkampanye sebagai calon yang paling mampu membangun hubungan dengan China tanpa mengorbankan hubungan dekat Taiwan dengan AS, masih sebagai mitra yang paling penting selama 33 tahun setelah Washington memindahkan pengakuan dari Taipei ke Beijing sebagai pemerintah China. [*]