Beijing telah melontarkan pernyataan keras karena tindakan Pemerintah Australia yang tidak transparan dan adil bagi Huawei dalam kontrak tender jaringan pita lebar nasional (NBN) senilai US$ 36 miliar.
Canberra sendiri seperti dikutip ABC.net.au khawatir masuknya China dengan alasan serangan maya yang berasal dari China. Perdana Menteri Julia Gillard tegas menyatakan Pemerintah bertindak dalam kepentingan terbaik.
Huawei memang kerap menerima tudingan tak sedap dari sejumlah negara, terutama terkait aksi mata-mata. Selain India dan Australia Huawei juga pernah dituding melakukan aksi spionase di Inggris dan Amerika Serikat.
Tercatat pada 2009 sejumlah karyawan baru Huawei di Sydney dan di Melbourne dalam pengawasan terhadap sejumlah Australian Security Intelligence Organisation (ASIO) karena dicurigai berhubungan dengan pemerintah China dan Tentara Pembebasan Rakyat China.
Pangkal masalah karena Ren Zhengfei, pendiri Huawei dulu bekerja sebagai seorang insinyur Tentara Pembebasan Rakyat, tetapi perusahaan itu telah berulang kali membantah memiliki hubungan dengan militer China.
Meski demikian Ren mengaku masuk tentara karena wajib militer, berbeda dengan Liu Chuanzi, pendiri Lenovo atau Lianxiang yang memang tak bisa lepas dari visi Perdana Menteri China Zhou Enlai. [Yanti Ng / Jakarta]