Mulai Rabu (08/02/2012) hari ini, National Development and Reform Commission (NDRC), semacam Bappenas-nya China menaikkan harga bensin unleaded dan minyak diesel menjadi 300 yuan atau sekitar US$ 47,53 per ton.
NDRC yang superkuat dan dihargai lembaga-lembaga lain di China, menetapkan harga dasar eceran bensin naik 0,22 yuan per liter, sedangkan minyak diesel naik 0,26 yuan per liter. Kurs 1 yuan setara US$ 15 sen.
Perubahan harga BBM terakhir ini, menurut NDRC, karena harga minyak mentah di pasar internasional naik dan ongkos operasional kilang BBM di China juga ikut naik. Pejabat NDRC mengatakan, kenaikan harga BBM ini akan menjadi motivasi kilang-kilang minyak China untuk memastikan suplai BBM di pasar domestik (domestic obligation), menjadi pedoman dasar bagi tingkat konsumsi BBM yang rational serta menggalakkan penurunan emisi gas buang.
Perubahan harga BBM China juga terjadi pada 8 Oktober tahun lalu, ketika untuk pertama kali NDRC melakukan pemotongan harga BBM dalam 16 bulan, menghindari mendakinya harga BBM dari rekor tertinggi.
Sistem harga jual BBM China disosialisaikan pada Mei 2009. Sistem ini memberikan keleluasaan kepada NDRC untuk menyesuaikan harga BBM untuk pasar domestik ketika harga minyak mentah Brent, Cinta dan Dubai naik atau turun 4 persen secara berturut-turut dalam 22 hari kerja.
Panduan penyesuaian harga BBM dari NDRC ini menjadikan pasar menjadi lebih tenang dan bisa mengkalkulasi perhitungan bisnisnya. Sedangkan Pemerintah China tidak menjadi bulan-bulanan para demonstran yang menolak kenaikan harga BBM, karena dari awal sudah tahu kalkulasi terbuka jika ada kenaikan BBM.
Padahal di sini, di Indonesia ini, naik atau tidaknya harga BBM, terus menjadi teka-teki ibarat menghitung kancing baju, jadi naik atau tidak jadi naik. Ujung-ujungnya subsidi BBM yang memanjakan rakyat menjadi komoditas politik tebar pesona, tapi menjadi beban utang yang harus ditanggung anak cucu kelak. [Renata Koh / Jakarta]