Sekelompok pemilih di Hong Kong menetapkan Leung Chun-ying sebagai pemimpin baru kota itu, demikian hasil penghitungan suara terakhir Minggu (25/3).
Pebisnis yang membangun usahanya sendiri itu mengalahkan calon yang sebelumnya banyak diunggulkan, Henry Tang, dan kandidat pemimpin pro-demokrasi Albert Ho.
Leung dengan mantap terus memimpin dalam jajak pendapat, sehingga dukungan China daratan beralih padanya.
Padahal dukungan pemerintah China daratan semula ditujukan pada Tang setelah masa kampanye berjalan cukup lama.
Warga Hong Kong ini akan menggantikan Donald Tsang, yang sudah dua periode memimpin Hong Kong dan tak bisa lagi mencalonkan diri.
Leung mendapat 689 suara dalam pemilihan dan langsung dinyatakan sebagai pemenang.
Dari 1.200 pemilih -yang kebanyakan merupakan loyalis Beijing- di masa lalu dikenal sebagai kelompok tukang stempel kandidat yang dikehendaki pemerintah China untuk posisi pemimpin Hong Kong.
* Tuduhan kriminal
Namun kali ini pemilihan diwarnai berita dan sorotan terkait latar belakang Leung dan Tang, seperti ditulis besar-besar oleh sejumlah media setempat.
Koran-koran menuding Leung punya hubungan dengan organisasi kriminal, tuduhan yang dibantahnya.
Sementara Tang sudah mengakui pernah berselingkuh dari istrinya serta membangun sebuah lantai bawah tanah tanpa izin.
Pengungkapan kasus-kasus ini membuat publik berbalik mencabut dukungan darinya. Beijing mengatakan menghendaki kandidat yang populer.
Namun karena pegiat pro-demokrasi Albert Ho dianggap terlalu vokal, dia dianggap tak masuk hitungan dukungan Beijing.
Hong Kong merupakan koloni Inggris hingga 1997, dan setelah itu diserahkan kembali pada China. Sejak itu kota ini menikmati hak otonomi terbatas dari Beijing.
Meski demikian para pemimpin di Beijing tetap menolak desakan publik untuk mengizinkan demokrasi diberlakukan di Hong Kong. [Angie Tan / Medan]