Mengutip sebuah sumber yang dilansir kantor berita Reuters, sosok yang kini masih meringkuk dalam tahanan tersebut merupakan staf di salah satu deputi menteri pada Kementerian Keamanan Negara di China.
Namun demikian hingga kini belum diketahui informasi apasaja serta seberapa penting data yang dibocorkan ''mata-mata'' tersebut ke Amerika. ''Kerusakan yang (ditimbulkannya) sangat besar,'' ujar sumber tersebut seperti dikutip Reuters, Jumat (1/6)
Sumber yang sama menyebutkan, pria yang mampu berkomunikasi dengan baik dalam bahasa Inggris tersebut dibayar ratusan ribu dollar Amerika atas suplai informasi yang diberikannya.
Kasus ini semakin memanaskan tensi hubungan diplomatik China-AS yang akhir-akhir ini telah menghangat menyusul beberapa isu yang melibatkan kedua negara seperti kasus Bo Xilai, laut China Selatan dan Suriah.
Sementara itu kantor berita BBC melansir Sekretaris Negara, AS, Hillary Clinton masih menolak untuk mengomentari kabar ini. [Miao Miao / Beijing]