"Petani kita sedang kembangkan tanaman gaharu tersebut yang ada di Langkat," kata Ketua Kelompok Kemegahan Gaharu Langkat Mahmuddin Sani, ketika ditemui di Stabat, kamis 15/12/2011.
Dikatakannya, bergairahnya petani gaharu di Langkat ini, karena berhasilnya Indonesia menerobos pasar China, setelah sebelumnya para eksportir juga melakukan terobosan penjualan ke negara Arab Saudi, Hongkong, Amerika Serikat, Uni Eropa.
Mahmuddin menjelaskan para petani di Langkat harus memanfaatkan kesempatan ini, karena semakin terbukanya komoditas gaharu di pasar Internasional dengan cara meningkatkan kualitas gaharu.
Untuk itulah dirinya terus menerus mendorong para petani gaharu yang ada di Bahorok, untuk meningkatkan tanaman mereka.
Karena selama ini untuk memenuhi kebutuhan gaharu di pasar internasional cukup besar, Indonesia masih mengandalkan dari alam, hingga dalam kurun waktu tertentu pasokan gaharu berangsur-angsur habis.
"Sekarang ini saja, petani yang ada di Bahorok sudah menanam hampir 10.000 batang, untuk memenuhi kebutuhan pasar," katanya.
Karena setiap tahunnya ada 4.000 ton gaharu yang dikirim ke Tiongkok dan sisanya 500 ton dikirimkan ke negara-negara lainya, sedangkan nilai ekspornya terus semakin meningkat.
Secara terpisah Kepala Seksi Rehabilitasi Lahan dan Perhutanan Sosial pada Dinas Kehutanan dan Perkebunan Langkat Jonner Pane, yang dihubungi menjelaskan ada tujuh jenis gaharu yang ditemukan di Langkat ini.
Diantaranya spesies Aquilaria Malacesis, spesies Aqurolaria Filaria, spesies Aqularia Microcarga, spesies Actoxylon Simpetthaluum, spesies Aquilaria Aqalocha, spesies Aquilaria Hirta dan spesies Aquilaria Becariana.
"Penyebaran ke tujuh spesies dari gaharu ini bisa ditemukan di Kecamatan Bahorok, Sei Bingei, Salapian dan Kecamatan Wampu," katanya.
Dikatakan Jonner Pane, tanaman gaharu ini diperuntukkan untuk bahan baku industri obat-obatan penyakit asma, malaria, kanker, diare, lever, dan berbagai macam penyakit lainnya. [Tetty Sung / Palembang / Tionghoanews]