Seperti banyak kota lainnya di Eropa, Madrid selama bertahun-tahun telah menjadi kediaman komunitas Tionghoa di Spanyol. Namun pertumbuhan komunitas ini di kota tersebut jauh lebih pesat dibanding pertumbuhan di kota-kota di Benua Biru lain. Dan sama seperti yang dialami komunitas ini di negara asalnya, mereka sama sekali tak terkena dampak krisis ekonomi global, berbanding terbalik dengan yang justru dialami negara tempat mereka merantau, Spanyol.
"Selama beberapa tahun tingkat penjualan sempat jatuh tajam. Namun kami terus bekerja keras dan berhasil memulihkannya," kata Jian Wei Wu Liu, 41 tahun, salah seorang warga Tionghoa pemilik toko pakaian di Cobo Calleja, kepada kantor berita media, beberapa waktu lalu.
"Aku bisa tinggal di kota ini lebih lama lagi," tambah Wu, yang juga memiliki nama Spanyol "Carlos".
"Pelangganku toko-toko yang ada di seluruh Spanyol. Jadi masih ada cukup banyak pelanggan." Pengusaha-pengusaha Tionghoa seperti Wu telah menjadi pemandangan keseharian di Cobo Calleja.
Padahal, pendahulu mereka dulunya hanya segelintir yang mencoba peruntungan dengan membeli toko-toko perabot rumah tangga kecil di Spanyol.
"Mereka mulai menjalankan toko-toko itu yang kemudian berhasil tumbuh pesat, hingga sanggup mengimpor sendiri barang dagangan yang mereka jual," kata Jorge Garcia, ketua Kamar Dagang Spanyol-China. Ia pejabat yang biasa bekerjasama dengan para investor di kedua negara tersebut.
"Mereka membentuk pusat distribusi sendiri di Spanyol, lalu membentuk kawasan industri. Mereka membeli tanah, membangun gudang, dan menjualnya langsung ke pendatang Tionghoa lain," terang Garcia.
"Semua ini telah menjadikan Spanyol sasaran besar perusahaan- perusahaan China, gerbang menuju Eropa bagi pedagangpedagang China," tegasnya.
Menurut data di balai kota Fuenlabrada, kawasan pemukiman di Madrid selatan yang menjadi lokasi Cobo Calleja, dari 800 bisnis yang beroperasi di situ, 377 diantaranya milik pedagang China. 377 Perusahaan ini mempekerjakan 3.000 dari 10.000 orang yang bekerja di kawasan tersebut.
Total nilai perdagangan mereka per tahun mencapai sekitar 870 juta euro (10,4 triliun rupiah). Mereka semua mendatangkan produk-produk dagangnya melalui pelabuhan di Valencia, mengirimnya dengan truk ke Cobo Calleja-yang terhitung sebagai zona dagang terbesar warga Tionghoa di Eropa -lalu menjualnya ke seluruh Spanyol dan negara lainnya.
* Pedagang Pendatang
Menurut data dari Institut Statistik Nasional Spanyol, jumlah pedagang China yang terdaftar di Negeri Matador itu kini mencapai 167.000 orang.
"Saya sering bertemu dengan pengusaha China yang datang ke sini untuk berbisnis. Mereka sangat menyukai Spanyol," kata Amanda Kuo, 31 tahun, seorang wanita pengusaha dari Taiwan.
* Kerja Sambilan
Di Spanyol, Kuo juga bekerja sambilan sebagai konsultan sebuah perusahaan lokal yang menjual produk-produk mewah ke China. Namun yang kini ingin dilakukan Kuo adalah sebaliknya, yakni menarik para investor China ke Spanyol.
"Itulah yang saya yakin akan jadi masa depan investasi China di sini. Saya ajak mereka untuk berinvestasi di sektor teknologi tinggi yang memiliki nilai tambah," katanya.
Memang, bila dibanding dengan ekonomi Spanyol yang sedang sakit, kondisi perusahaan- perusahaan yang berasal dari China ini justru tampak sangat kuat.
"Anda tetap bisa bilang ada krisis sekarang. Jumlah pembeli produk kami memang lebih sedikit, tapi itu normal," kata "Carlos" Wu, si pemilik toko pakaian di Cobo Calleja.
"Semua baik-baik saja. Di China, semua baik-baik saja."
Tahun lalu, ekonomi China tumbuh 9,2 persen, sedikit menurun dari pertumbuhan tahun 2010 yang 10,4 persen, namun tetap terhitung sebagai jauh lebih tinggi dibanding pertumbuhan Spanyol tahun 2011 yang hanya 0,7 persen.
Bahkan, Spanyol diperkirakan mengalami resesi pada kuartal pertama tahun ini, dalam krisis ekonomi yang telah melambungkan angka pengangguran hingga 23 persen. Krisis tersebut telah mendorong pemerintah melakukan pemangkasan anggaran dan reformasi buruh, yang memicu terjadinya aksi protes bulanan.
Para pengusaha pro-China mengatakan perbedaan tajam inilah yang dapat membantu menerangkan mengapa ekonomi Spanyol kini beralih ke pengusaha China. "Tak seperti orang Spanyol, orang-orang China tak takut pada krisis," tegas Garcia, sang ketua Kamar Dagang Spanyol-China. [Miao Miao / Beijing]