Pengeluaran tersebut dialokasikan untuk membeli Macbook, kamera digital, dan berbagai macam gadget berteknologi tinggi untuk membantu Duan dalam studinya. "Produk elektronik adalah sebuah keharusan, terutama laptop," kata Duan, seperti dilansir dari China Daily, Sabtu (8/9/2012).
Gadis berusia 18 tahun yang akan memulai perkuliahan pada musim gugur mendatang itu membantah jika barang-barang elektronik yang dibelinya sekadar untuk menunjukkan kemewahan. "Ini bukan tentang kemewahan. Ini tentang kualitas bagus," ungkapnya.
Duan didampingi oleh orangtua dan kerabat membawa mainan mewah dan iPhone untuk menemani semester pertamanya di Liaoning University di Shenyang, pada Jumat ini. Orangtua Duan juga sangat loyal membeli barang-barang lain seperti pakaian, smartphone, keperluan tidur, kosmetik, dan obat-obatan bagi sang anak.
"Ini pertama kalinya bagi Duan untuk meninggalkan rumah. Jadi saya memberikan kepadanya yang terbaik yang saya bisa," ujar Ayah Duan, Duan Xudong (49).
Dia menyatakan, berbagai hal berubah dan sangat berbeda dibandingkan ketika dia kuliah pada 1980-an. "Dulu saya sangat bahagia jika saya cukup makan (di kampus) karena biaya hidup per bulan hanya 10 yuan (Rp.15 ribu)," paparnya.
Xudong menyebutkan, dia berencana memberikan biaya hidup bagi sang putri sebesar 1.500 yuan per bulan. Namun, pengeluaran tersebut telah menyoroti kesenjangan kekayaan yang antarmahasiswa serta menimbulkan kecemburuan sosial.
Baru-baru ini Wuhan Evening News melaporkan, seorang mahasiswi baru di Central China Normal University mengancam orangtuanya akan berhenti kuliah jika mereka tidak membelikan iPhone 4S. Yangtze Evening Post di Provinsi Jiangsu juga melaporkan, sebesar 70 persen dari mahasiswa menghabiskan 10-20 ribu yuan (Rp.15 juta-Rp.30 juta) untuk gadget di sekolah.
Zhang Dawei, seorang konselor mahasiswa di Shenyang University, mengatakan, rata-rata pengeluaran mahasiswa baru telah meningkat, yakni sekira 10 ribu yuan (Rp.15 juta) selama tiga tahun terakhir. "Beberapa pengeluaran bahkan tidak perlu, seperti smartphone mahal. Kebanyakan siswa membeli produk tersebut bukan untuk belajar tetapi untuk hiburan," tukas Dawei.
Menurut Xinhua News Agency, sebuah survei terhadap 1.700 mahasiswa menemukan, rata-rata mahasiswa menghabiskan 800 hingga 1.200 yuan (Rp.12-Rp.18 juta) per bulan tahun lalu. "Saya terkejut ketika saya membaca berita tentang pengeluaran siswa. Saya khawatir tentang tren sosial yang tidak sehat," tutur Zhu Jinchang, Direktur Penelitian Kebijakan Sosial dengan Akademi Ilmu Sosial China.
Dia mengatakan ada beberapa alasan di balik tren, termasuk masalah pendidikan dan suasana sosial yang buruk. "Orangtua memanjakan anak-anak mereka," kata Zhu.
Zhu menambahkan, masyarakat perlu menyadari pemuda adalah masa depan bangsa. Maka, atmosfer yang buruk harus diperbaiki dengan upaya dari masyarakat dan sistem pendidikan. [Zhang Li Li / Beijing]
PESAN KHUSUS
Silahkan dicatat dan klik alamat kategori dibawah ini, sebelum diganti pesan baru:
http://berita.tionghoanews.com
http://internasional.tionghoanews.com
http://budaya.tionghoanews.com
http://kehidupan.tionghoanews.com
http://kesehatan.tionghoanews.com
http://iptek.tionghoanews.com
http://kisah.tionghoanews.com
Jangan lupa ngajak teman Tionghoa anda ikut gabung disini http://www.facebook.com/chinese.indo bersama ribuan teman Tionghoa lainnya.