Menurut statistik Kementerian Pariwisata Malaysia, jumlah wisatawan China ke Malaysia sepanjang 2011 adalah 1,4 juta orang, membelanjakan uang sebanyak 6,2 miliar yuan. Jumlah wisatawan China ke Malaysia pada semester-I tahun ini meningkat 34 persen dibanding pada tahun 2011.
China saat ini adalah negara asal wisatawan terbesar ketiga bagi Malaysia setelah Singapura dan Indonesia. Sedangkan jumlah wisatawan terus meningkat dengan laju 40 persen setiap tahun, sehingga telah membawa pemasukan belanja dalam jumlah yang cukup besar bagi Malaysia. Lembaga pariwisata Malaysia akan menggelar pelatihan pemandu berbahasa Mandarin untuk menghadapi puncak arus wisatawan China pada saat perayaan Festival Musim Semi atau Tahun Baru Imlek 2013. Malaysia ingin menarik lebih banyak wisatawan China pada tahun 2013 dengan layanan yang berkualitas pada musim liburan panjang Imlek nanti.
Etnis Tionghoa di Malaysia berjumlah cukup banyak. Sebagian terbesar biro perjalanan di negeri ini diselenggarakan oleh orang Tionghoa. Akan tetapi, mengingat wisatawan utama yang berkunjung ke Malaysia sebelumnya terutama berasal dari Filipina, Brunei Darussalam, Singapura, dan Indonesia, maka pemandu lokal biasanya hanya menyediakan layanan bahasa Inggris.
Orang Tionghoa di Malaysia juga berkomunikasi dalam bahasa Inggris, bahasa Kanton, atau bahasa Hokkien, sehingga hanya sedikit di antaranya yang bisa berbahasa Mandarin. Saat ini di Malaysia tercatat lebih dari 10 ribu pemandu, dan hanya 3.000 di antaranya yang berbahasa Mandarin, sehingga sulit untuk menghadapi arus wisatawan dari China. Menurut perkiraan biro pariwisata Malaysia, sebagian terbesar dari 90 ribu wisman ke Malaysia pada Imlek mendatang adalah wisatawan dari China.
Menghadapi puncak arus itu, pemandu berbahasa Mandarin yang ada saat ini sudah barang tentu tidak memadai. Itulah sebabnya Malaysia akan menyelenggarakan pelatihan pemandu berbahasa Mandarin yang akan diikuti 350 hingga 500 personel.
Pelancong dari China kini telah sedikit berubah kebiasaannya dalam kunjungan ke negara lain. Mereka tidak lagi puas dengan berkunjung ke obyek wisata untuk melihat-lihat, melainkan melakukan kunjungan yang lebih mendalam. [David Ong / Kualalumpur] Sumber: CRI