Problema tersebut disorot koran People's Daily. Tren tersebut muncul di Shenyang, China timur laut setelah pembatasan pembelian rumah diberlakukan pada 2011 dengan tujuan membatasi jumlah rumah yang dapat dibeli dan insentif pajak.
Satu ketentuan menetapkan pasangan suami-istri di Shenyang yang telah memiliki satu properti, termasuk pembeli, pasangan dan anak-anak kecil mereka, hanya dapat membeli satu properti di kawasan ring road ke-2 kota tersebut.
Praktik memalsukan perceraian belakangan telah meluas dengan banyak pasang yang kabarnya mengakui tujuan tunggalnya adalah untuk membeli properti berpajak lebih rendah.
Profesor Jin Yihong di Nanjing Normal University bilang pemerintah hendaknya tidak menyampuradukkan kebijakan perkawinan dengan pembatasan pasangan yang bercerai membagi properti mereka dalam jangka pendek. Dia juga menyarankan suatu sistem kredit pribadi untuk mendata perkawinan bohongan.
Kalangan pengacara juga memperingatkan perceraian bohongan dapat menyebabkan pertikaian hukum lebih besar di belakang hari jika pasangan bersangkutan memang betul-betul sampai bercerai. [Miao Miao / Beijing]
* DA JIA PENG YOU - XIN NIEN KUAI LE - GONG XI FA CHAI *