INTERNASIONAL | TIONGHOANEWS


Selamat datang berkunjung dalam situs blog milik warga Tionghoa Indonesia. Disini kita bisa berbagi berita tentang kegiatan/kejadian tentang Tionghoa seluruh Indonesia dan berbagi artikel-artikel bermanfaat untuk sesama Tionghoa. Jangan lupa partisipasi anda mengajak teman-teman Tionghoa anda untuk ikutan bergabung dalam situs blog ini.

Minggu, 10 Maret 2013

BEGINILAH RUSUN DI CHINA, TEPAT DIBAWAH JALAN LAYANG

Tak ubahnya di Jakarta, laju pertumbuhan penduduk di China pun berakibat pada persoalan perumahan. Seperti terlihat di Kota Guiyang, sebelah barat laut Beijing, para warga penghuni rumah susun mau tak mau harus tinggal di bawah jalan layang.

Jarak antara rumah paling atas dan jalan yang itu sangat mepet, hanya terpaut beberapa meter. Akibatnya, lalu lalang kendaraan membuat bising penghuni rumah susun. Telinga mereka pun harus disumpal kapas tiap kali menjelang tidur.

Jalan layang berjuluk Shuikousi ini sebetulnya lebih dulu dibangun, yaitu sekitar tahun 1997. Sepanjang 300 meter membelah kota, jalan layang ini merupakan jalur tercepat menuju Bandara Longdongbao.

Pada 1999, pemerintah setempat mendirikan sepuluh rumah susun di bawah jalan layang itu. Hal ini dilakukan untuk menampung para buruh atau pekerja rendahan untuk serta menampung warga korban gusuran.

Akibatnya, setiap hari para penghuni rumah susun ini terganggu kebisingan bermacam kendaraan yang melintas di jalan layang atau tepat di atas kepala mereka. Bukan hanya bisingnya knalpot, jendela kaca rumah mereka pun bergetar tiap kali kendaraan melintas.

Pertumbuhan penduduk

Sampai saat ini, Kota Guiyang ditinggali empat juta penduduk. Sebagian besar mereka menempati beberapa rumah susun di empat jalan layang utama kota itu. Pemerintah kesulitan mengendalikan laju pertumbuhan yang begitu cepat dan menyediakan tempat tinggal bagi para penduduk. Mereka terpaksa membangun rumah susun di beberapa lokasi lahan kosong walau terletak persis di bawah jembatan.

Memang, pada mulanya banyak penghuni rumah susun yang pindah lantaran tidak tahan dengan keadaan tersebut. Salah satu penghuni rumah susun, Lao Yang, mengaku butuh waktu lama agar bisa beradaptasi dengan keadaan ini.

Yang tinggal di rumah susun itu sejak pertama kali diresmikan pada 1999. Saking terbiasa dengan kebisingan dan getaran akibat melintasnya kendaraan, pada 2008 silam ia bahkan tidak merasakan gempa bumi mengguncang kota itu. 

Namun, kebisingan itu agaknya mulai mereda. Sejak 2009, pemerintah kota Guiyang melarang truk berkapasitas besar melewati jalan layang itu. Bahkan, kendaraan jenis pick-up hanya diperbolehkan melintas pada sore hari.

Masalah selesai? Tentu saja, tidak. Persoalan tidak selesai hanya pada urusan kebisingan. Karena masalah lain dan terbesar bagi para penghuni rumah susun itu adalah debu-debu jalanan. [Miao Miao / Beijing]

***
Mari kita bersama-sama dukung Tionghoanews dengan cara kirim berita & artikel tentang kegiatan & kejadian Tionghoa di kota tempat tinggal anda ke alamat email: tionghoanews@yahoo.co.id

ARTIKEL YANG BERKAITAN

Mari kita dukung kiriman artikel-artikel dari teman-teman Tionghoa, dengan cara klik "SUKA" dan teruskan artikel kesukaan Anda ke dalam facebook, twitter & googleplus Anda.

TERBARU HARI INI

ARTIKEL: BUDAYA

ARTIKEL: KEHIDUPAN

ARTIKEL: KESEHATAN

ARTIKEL: IPTEK

ARTIKEL: KISAH

ARTIKEL: BERITA