Direktur Departemen Keamanan Dalam Negeri China Chen Shiqu mengatakan, umumnya perempuan dari negara lain datang ke China untuk mencari kerja atau menikah dengan warga lokal yang kaya demi menghindari kemiskinan.
Namun, belakangan ini para perempuan yang tiba di China mayoritas adalah para korban penyelundupan manusia di negara lain. Mereka bahkan sering dipaksa untuk bekerja di rumah bordil di wilayah pesisir pantai atau perbatasan. Demikian seperti diberitakan ANI, Minggu (4/12).
Chen mengatakan, aparat kepolisian akan melakukan tindakan yang lebih keras demi mengatasi tindak kejahatan tersebut. Kepolisian juga akan disebar ke wilayah pelabuhan, atau bahkan pegunungan.
Menurut Chen, maraknya penyelundupan manusia diakibatkan karena mudahnya akses untuk masuk ke China. Perbatasan China dan negara di kawasan Asia Tenggara mudah diterobos. Wilayah perbatasan juga bukan merupakan pagunungan atau sungai-sungai yang panjang.
Tindak kejahatan ini umumnya dilakukan oleh sekelompok kriminal yang dibayar dengan gaji yang cukup besar. Mereka umumnya menyelundupkan perempuan-perempuan dari desa yang berusia 20 hingga 30 tahun. Harga dari seorang perempuan berkisar antara 3.100-7800 dolar AS atau sekira Rp.27 juta hinga Rp.70 juta. [Wang Lie Fei / Beijing / China / Tionghoanews]