INTERNASIONAL | TIONGHOANEWS


Selamat datang berkunjung dalam situs blog milik warga Tionghoa Indonesia. Disini kita bisa berbagi berita tentang kegiatan/kejadian tentang Tionghoa seluruh Indonesia dan berbagi artikel-artikel bermanfaat untuk sesama Tionghoa. Jangan lupa partisipasi anda mengajak teman-teman Tionghoa anda untuk ikutan bergabung dalam situs blog ini.

Senin, 05 Desember 2011

KOMUNIS CHINA KELABUI PUBLIK MASALAH AIDS

Di Desa Houyang, Provinsi Henan, Gao melakukan penelitian terhadap anak yang lahir setelah 1996 dari orangtua yang terinfeksi AIDS, dan menemukan bahwa 38% telah tertular AIDS. (Courtesy of Gao Yaojie)

Sekitar dua tahun yang lalu, Gao Yaojie, seorang dokter medis lanjut usia China dan aktivis AIDS, susah payah menghindari lapisan pengawasan oleh rezim komunis China dan melarikan diri ke Amerika Serikat. Misinya: untuk menunjukkan ada epidemi AIDS yang luas di China dan menyebabkan pihak berwenang telah bersembunyi.

Sejak kedatangannya, Gao telah menerbitkan tiga buku dan sedang mempersiapkan dua buku lagi. Dia menghabiskan setidaknya empat jam sehari di depan komputer untuk tulisannya, meskipun ia tahu ini sangat melelahkan. Beberapa hari lalu ia pingsan di rumahnya karena kelelahan.

Meskipun demikian Gao (85), tidak menyesali cobaan ini. Dia bilang dia "berharap bahwa tulisan-tulisannya dapat meningkatkan kondisi para pasien AIDS di China."

Pihak berwenang China terus-menerus menyangkal bahwa penyebaran AIDS merajalela di negara itu disebabkan dari transfusi darah. Dalam "Konferensi Berbagi Pengalaman Keenam Internasional AIDS di China" yang diselenggarakan pada akhir November, Menteri Kesehatan China, Chen Zhu, terus menekankan bahwa kontak seksual telah menjadi penyebab utama penularan AIDS di China. Chen menambahkan bahwa sejak korban AIDS pertama diidentifikasi pada tahun 1985, telah ada 429.000 kasus HIV dan pasien AIDS, menyebabkan angka kematian 86.000 orang.

Gao menentang angka yang dikutip oleh Departemen Kesehatan. "Chen bicara bohong," kata Gao. "Sampai saat ini, populasi terinfeksi HIV telah melampaui 10 juta. Ding Zilin, yang putranya tewas dalam pembantaian di Lapangan Tiananmen pada tahun 1989, mengatakan ia telah mengidentifikasi 202 mayat setelah pembantaian (Partai mengklaim bahwa tidak ada orang yang tewas). Saya ingin menyatakan bahwa saya dapat menemukan lebih dari 200.000 makam korban AIDS. Saya pernah pergi ke sebuah desa yang dilanda AIDS pedesaan dan melihat 6 korban dimakamkan hari itu."

Gao menjelaskan bahwa ada berbagai jenis HIV yang ditemukan pada pasien AIDS China dan sebagian besar penularan penyakit itu dapat ditelusuri pada praktek jual-beli darah.

"Dulu ada 10.000 tempat di seluruh China di mana anda bisa menjual darah," kata Gao.

"Penularan akibat transfusi darah selalu menjadi hal terakhir yang mereka (pemerintah) tidak mau akui. Mereka keras kepala menyatakan penyebab utama adalah hubungan seksual. Sebagai  fakta, penyebaran oleh hubungan seksual kurang dari sepuluh persen dari kasus. Sebaliknya, enam puluh persen dari mereka yang terlibat dalam transfusi darah terinfeksi HIV. "

Gao menambahkan bahwa menjual darah di China tidak hilang tetapi hanya bentuknya yang berbeda dari cara lama. Sebelumnya dengan sembunyi-sembunyi dan bergeser dari utara ke selatan. Karena darah yang terinfeksi HIV telah dijual ke seluruh negeri, telah terjadi peningkatan laporan infeksi di kota-kota akibat transfusi darah.

Dia juga menemukan pelanggaran lain. "Sekarang terdapat sesuatu yang lebih mengerikan seperti mencuri uang dari dana sumbangan AIDS," kata Gao. "Mereka yang seharusnya bertanggung jawab berani untuk mencuri uang dan properti, dan mereka menipu semua orang. Selama beberapa tahun terakhir, mereka telah menekan semua orang yang berani untuk berbicara. Sekarang banyak orang yang sekarat dan jumlah ini bahkan mendekati tingkat saat Kelaparan Besar (1958-1961)."

Gao telah memiliki kehidupan yang sangat sulit. Karena dia lahir dari keluarga besar dan kaya, ia diklasifikasikan sebagai "Musuh Kelas" selama Revolusi Besar Kebudayaan. Dia dikurung di kamar mayat selama hampir delapan bulan.

Setelah Revolusi Kebudayaan, dia dipindahkan ke Provinsi Henan untuk bekerja sebagai dokter dan dosen dalam ilmu kedokteran. Selama konsultasi pada tahun 1996, ia bertemu dengan seorang pasien AIDS. Dia menduga bahwa pasien ini telah tertular virus saat transfusi darah dan ia khawatir bahwa mungkin ada korban lainya. Karena rasa tanggung jawabnya sebagai seorang dokter, dia mulai terlibat dalam pencegahan AIDS.

Setelah lama penyelidikan  terbuka dan rahasia, ia menemukan bahwa sejak 1980-an, banyak orang telah menjual darah mereka demi uang di daratan China. Banyak warga miskin yang terjangkit AIDS dengan cara ini dan para korban tidak bisa melakukan apa-apa selain menunggu kematian mereka, meninggalkan banyak anak-anak yang juga menderita AIDS.

Perawatan korban AIDS dan usaha Gao untuk mengungkap kebenaran di balik epidemi AIDS di China mengakibatkan dia menjadi target Rezim Komunis China.

Dalam rangka untuk terus memberikan perawatan dan dukungan bagi pasien AIDS di China, Gao memutuskan untuk meninggalkan rumah dan keluarga pada musim dingin tahun 2009 dan hidup di pengasingan di Amerika Serikat. [Hua Zimo / Tionghoanews]

ARTIKEL YANG BERKAITAN

Mari kita dukung kiriman artikel-artikel dari teman-teman Tionghoa, dengan cara klik "SUKA" dan teruskan artikel kesukaan Anda ke dalam facebook, twitter & googleplus Anda.

TERBARU HARI INI

ARTIKEL: BUDAYA

ARTIKEL: KEHIDUPAN

ARTIKEL: KESEHATAN

ARTIKEL: IPTEK

ARTIKEL: KISAH

ARTIKEL: BERITA