Menurut informasi yang dikumpulkan pemerintah, data milik 45 juta penduduk dicuri melalui kejahatan siber, sehingga disimpulkan bahwa serangan itu telah mengancam keamanan penggunaan internet khususnya bagi dunia usaha.
10 mesin pencari data (search engine) terbesar di China telah menandatangani skema anti pencurian tersamar (phishing) data milik pengguna untuk memastikan bahwa pelanggan benar-benar di website perbankan yang asli, dan bukan website penyamaran yang digunakan oleh penjahat siber.
Serangan siber dilakukan oleh penjahat yang membuat sedemikian rupa sehingga pelanggan merasa berada di website yang benar padahal website itu palsu yang digunakan penjahat untuk mencuri data nama pengguna dan password ketika sign up. Data itu kemudian direkam oleh penjahat siber dan kemudian menggunakannya untuk mencuri dana yang berada pada akun bank seseeorang.
Perusahaan penyedia layanan search engine berjanji akan membuat logo khusus pengamanan yang berhubungan dengan bank dengan menggunakan ikon untuk menandai keabsahan mereka.
Tindakan terhadap kejahatan siber sangat marak terjadi di China dan diperkirakan telah merugikan 10 persen dari 485 juta pengguna melalui teknik canggih pencurian data.
Akibatnya pemerintah kini melalui kerjasama kementerian perindustrian dan kementerian teknologi informasi ditugaskan untuk menggerebek dan menyeret pelaku kejahatan perbankan berbasis internet.
"Pemerintah percaya bahwa kebocoran data pengguna informasi ini merupakan pelanggaran serius terhadap hak para pengguna internet yang telah mengancam keamanan di internet", demikian pernyataan pemerintah China."
Kini, secara rutin perbankan bersama penegak hukum mengecek website palsu yang meniru website sah milik bank-bank dan digunakan untuk kejahatan siber perbankan.