Dengan kemenangan ini berarti Ma menduduki jabatan presiden untuk kedua kalinya dalam empat tahun mendatang.
Dalam empat tahun masa kepresidenan sebelumnya, kebijakan-kebijakan Ma dianggap mencairkan hubungan dengan China. Kebijakan ini mendapat kritikan yang cukup tajam di dalam negeri karena dinilai mengancam kedaulatan Taiwan.
Namun rakyat Taiwan melihat hubungan yang dekat dengan Beijing membawa kemakmuran ekonomi yang lebih baik bagi Taiwan.
Beijing dan Washington memperhatikan dengan seksama jalannya pemilu Presiden di Taiwan.
Hasil pemilu presiden ini merupakan pukulan bagi partai oposisi, yakni partai Progresif Demokrasi atau DPP. Partai DPP berharap sebelumnya pemimpin partainya yakni Tsai Ing-wen bisa menjadi presiden perempuan pertama.
Sementara itu Tsa Ing-wen sendiri telah menyatakan kekalahannya dan mengumumkan bahwa dirinya juga mundur sebagai pemimpin partai.
Hubungan antara Taipei dan Beijing memburuk saat Taiwan dipimpin oleh pemerintah dari partai Progresif Demokrasi. [Raymond Teo / Taipei]