Dalam pesan yang di-posting di microblog Weibo Sina, redaktur majalah menuliskan, perizinan situs ditutup mulai Kamis (3/1) lalu. "Majalah ini berusaha untuk mengetahui kejelasan penyebabnya," katanya.
Saat ini, ketika dikunjungi, laman www.yhcqw.com memunculkan gambar kartun polisi memegang lencana dan pesan bahwa situs tersebut telah ditutup.
Bagian artikel yang tampaknya tak lulus sensor diubah dalam bentuk pesan tahun baru, dengan letak di atas microblog majalah tersebut.
"Sepanjang lebih dari 30 tahun masa reformasi, pelanggaran yang disebabkan oleh reformasi politik yang dipicu reformasi ekonomi semakin terlihat setiap hari, dan faktor-faktor ketidakstabilan sosial secara bertahap akumulasi. Mempromosikan reformasi terhadap sistem politik adalah tugas yang mendesak," tulis dalam akun itu.
Seorang juru bicara kementerian luar negeri China, ketika dikonfirmasi BBC, berkilah tidak menyensor berita.
Ditutupnya jurnal liberal ini menimbulkan aksi protes pemberita. Sejumlah wartawan Southern Weekly, surat kabar terkemuka di China menyerukan kepala departemen propaganda untuk mengundurkan diri karena telah mengubah sebuah editorial menjadi tulisan dukungan terhadap Partai Komunis.
Mereka menuduhnya sebagai "diktator" di era "keterbukaan yang berkembang".
Sementara media pemerintah terus mencoba untuk melukiskan Xi Jinping sebagai pemimpin baru yang reformis. Namun analis berpendapat, Xi justru mulai menyetir jalur reformasi politik, salah satunya melalui pembatasan kebebasan bersuara di internet.
Beijing juga menggunakan kontrol internet yang luas, yang dikenal sebagai "Great Firewall of China", untuk memblokir akses ke materi yang dianggap subversif serta konten pornografi. [Zhang Li Li / Beijing]