Tim yang dipimpin Dr Shahar Levi-Ari itu membandingkan keampuhan metode kehamilan dengan intraurine insemination (IUI) dengan pengobatan herbal dan terapi akupuntur ala China. Dalam metode IUI, sperma yang bergerak dengan lincah dipisahkan dengan sperma yang pasif. Sperma yang aktif kemudian dimasukkan ke dalam rahim di saat sel telur dilepaskan dari ovarium di pertengahan siklus menstruasi. Di saat itulah wanita berada dalam masa subur.
Seperti dimuat di Journal of Integrative Medicine, terdapat perbedaan yang signifikan antara hasil metode IUI dengan kombinasi antara IUI dan pengobatan China. Hasil kombinasi IUI dan pengobatan tradisional menunjukkan 65,5 persen sampel tes berhasil melakukan pembuahan. Sedangkan jika dengan metode IUI saja, keberhasilannya hanya 39,4 persen.
Seperti dilansir Daily Mail, Selasa (10/12), terdapat beberapa teori yang menunjukkan mengapa pengobatan China ampuh mendorong tingkat kesuburan. Salah satunya menyebutkan pengobatan herbal dan akupunktur dapat melancarkan peredaran darah ke uterus, meningkatkan produksi endorphin, memberi ketenangan, serta berpengaruh pada siklus pembuahan dan menstruasi. [Renata Koh / Jakarta]