Namun, He tidak mempedulikan peringatan dari polisi hutan, seperti dilansir surat kabar the Daily Mail, Kamis (11/10). Dia bersama kedua anaknya tetap mendaki gunung setinggi 3.700 meter itu dengan hanya berbekal sebatang cokelat dan secangkir air. He yakin bisa membeli bekal lagi di toko selama di perjalanan.
Yang terjadi di luar perkiraan. Kios-kios tutup. Ketiganya juga tidak membawa pakaian antiair. Hujan kian membuat mereka menderita. Apalagi, tempat beristirahat juga tidak buka. Suhu udara kian dingin dan hampir mencapai titik beku. Kedua anaknya mulai menangis dan putranya nyaris pingsan.
Mereka akhirnya menyerah ketika 300 meter lagi hampir menyentuh puncak. Meski begitu, ketiganya sempat membentangkan spanduk berwarna merah dengan tulisan kuning berbunyi: Pulau Diaoyu Milik China.
Polisi hutan lantas menurunkan mereka. Ketiganya diberi pakaian tebal buat menghangatkan tubuh dan mendapat perawatan.
He juga pernah memaksa putranya, He Yede, melakoni tes fisik sekaligus mental. Hanya bercelana pendek dan tanpa baju, Yede awal tahun ini dipaksa pushup di atas salju yang menyelimuti Kota New York, Amerika Serikat.
Dua bulan lalu, dia dilepas sendirian berlayar di tengah laut. He Liesheng beralasan karena putranya lahir prematur maka dia harus membuatnya kuat dengan memberikan serangkaian tes fisik dan mental. "Hanya dengan angin kuat dan ombak kita bisa melihat potensi dia," katanya. [Meilinda Chen / Jakarta] Sumber: Merdeka
PESAN KHUSUS
Silahkan kirim berita/artikel anda ke ke alamat email: tionghoanews@yahoo.co.id
MENU LINKS
http://berita.tionghoanews.com
http://internasional.tionghoanews.com
http://budaya.tionghoanews.com
http://kehidupan.tionghoanews.com
http://kesehatan.tionghoanews.com
http://iptek.tionghoanews.com
http://kisah.tionghoanews.com