Para peneliti menemukan bahwa jawabannya tampaknya tergantung pada apakah informasi tersebut menguntungkan atau tidak. Dalam studi coklat ini, mahasiswa diberi sekotak coklat bermerek secukupnya. Setengah dari peserta diberitahu bahwa coklat tersebut dibuat di Swiss, sedangkan sisanya diberitahu bahwa cokelat itu dibuat di China. Beberapa orang diberitahu informasi ini sebelum makan coklat dan lainnya diberitahu setelah itu.
"Ketika mereka diberitahu negara asal coklat sebelum mencicipinya, para siswa ternyata lebih menyukai cokelat Swiss," tulis para peneliti dalam jurnal.
"Hal ini dikarenakan Swiss memiliki reputasi yang kuat untuk coklat, sedangkan China tidak. Anehnya, ketika mereka diberitahu negara asal coklat setelah pengambilan sampel, para siswa tidak begitu menyukai coklat China," lanjut peneliti.
Akhirnya, peneliti kembali melakukan studi di sebuah toko minuman keras di Boston. Pelanggan diberitahu bahwa toko sedang melakukan uji rasa anggur. Setelah mencicipi, setengah dari pelanggan diberitahu anggur tersebut dari Italia, sedangkan sisanya diberitahu itu dari India, daerah yang tidak dikenal sebagai penghasil anggur berkualitas.
"Seperti pada studi sebelumnya, orang menyukai anggur Italia, setelah diberitahu bahwa anggur satunya dari India," tandas para peneliti.
Kesimpulannya, harga mempengaruhi penilaian kita terhadap rasa dari sebuah makanan atau minuman. Kita akan berpikir bahwa makanan atau minuman itu lebih enak karena harganya lebih mahal, meski belum tentu benar. [Linda Lim / Denpasar] Sumber: Merdeka
PESAN KHUSUS
Silahkan kirim berita/artikel anda ke ke alamat email: tionghoanews@yahoo.co.id
MENU LINKS
http://berita.tionghoanews.com
http://internasional.tionghoanews.com
http://budaya.tionghoanews.com
http://kehidupan.tionghoanews.com
http://kesehatan.tionghoanews.com
http://iptek.tionghoanews.com
http://kisah.tionghoanews.com