Awal tahun 1940-an, rakyat Tiongkok sedang melancarkan perang perlawanan yang sangat berat terhadap agresi Jepang. Untuk menggugah kesadaran masyarakat melawan agresi Jepang, Partai Komunis Tiongkok (PKT) mendirikan Radio Xinhua di kota Yan'an, Tiongkok barat laut, tempat kedudukan Komite Sentral PKT pada waktu itu. Radio tersebut pertama kali melakukan siaran dalam bahasa Jepang pada tanggal 3 Desember tahun 1941, dan sasaran siarannya adalah tentara Jepang yang mengaresi Tiongkok. Sedang penyiar pertama dalam bahasa Jepang radio itu adalah Yuan Qingzhi, seorang wanita tokoh antiperang Jepang yang tinggal di Tiongkok.
Tanggal 3 Desember tahun 1941 ditetapkan sebagai hari jadi CRI.
Meskipun studio siaran pada waktu itu hanya sebuah rumah goa yang sangat sederhana, dan kapasitas stasiun pemancar juga hanya 300 watt, namun sejak hari itulah Tiongkok memiliki siaran bahasa asing dengan orang asing sebagai sasarannya. Mengenang masa yang lalu, penyiar pertama CRI dalam bahasa Jepang, Yuan Qingzhi mengatakan: "Ketika itu kami menyelenggarakan siaran di Yan'an dengan mendapat banyak perhatian dari kawan-kawan di sana."
Siaran yang mengudara dari goa Yan'an telah menjadi senjata untuk meruntuhkan semangat tentara Jepang pada waktu itu. Banyak anggota tentara Jepang mengetahui keadaan sebenarnya perang justru melalui siaran tersebut, dan mereka pun ikut terjun dalam perjuangan anti-perang agresi.
Tahun 1947, Radio Xinhua menyelenggarakan siaran dalam bahasa Inggris, bahasa asing kedua radio tersebut. Kini siaran bahasa Inggris CRI sudah melingkupi semua pelosok dunia.
Republik Rakyat Tiongkok (RRT) berdiri tanggal 1 Oktober tahun 1949. Dalam uparaca perayaan berdirinya RRT, penyiar wanita Ding Yilan bertindak sebagai pemandu acara siaran langsung di loteng Tian An Men. Kemudian ia menjadi Direktur CRI.
Radio Xinhua yang mengumandangkan siaran dari Yan'an pun pindah ke ibu kota Beijing, dan menjadi China Radio International (CRI) setelah beberapa kali ganti nama.
CRI kini mempunyai frekuensi siaran dan situs internet khusus untuk bahasa-bahasa yang luas digunakan seperti bahasa Inggris, Perancis, Spanyol, Rusia dan Arab, juga untuk bahasa-bahasa lain yang hanya digunakan oleh negara dan bangsa tertentu seperti bahasa Bengala, Pastun, Sinhala dan Swahili. Sementara menyelenggarakan komunikasi internasional dalam 61 macam bahasa, CRI juga menaruh perhatian dan perasaan mendalam terhadap negara-negara dan budaya di balik bahasa-bahasa tersebut.
Misalnya siaran CRI dalam bahasa Bengala tidak pernah absen dalam mengudarakan suara persahabatan dari Tiongkok selama 40 tahun lebih sejak berdirinya. Banyak pendengar mendengarkan siaran itu sejak masa kecil sampai setengah umur, dan banyak pula dari mereka yang telah menjalin rasa persahabatan mendalam dengan penyiar Tiongkok yang fasih berbahasa Bengala. Shi Jingwu dari departemen siaran bahasa Bengala mengatakan, di mata penduduk setempat, Tiongkok menyelenggarakan siaran dalam bahasa mereka merupakan penghormatan terbesar terhadap kebudayaan Bengala. Shi Jingwu mengatakan: "Meski jumlah penduduk Bangladesh cukup banyak tapi negaranya kecil. Tiongkok adalah negara besar bagi mereka. Mereka tahu Tiongkok sangat menghormati semua negara. Justru karena penghormatan itulah maka banyak warga Tiongkok belajar bahasa Bengala dan menyelenggarakan siaran dalam bahasa Bengala. Hal ini sangat mengharukan mereka. Banyak pendengar dalam suratnya sering mengatakan bahwa Tiongkok menyelenggarakan siaran dalam bahasa Bengala merupakan penghormatan terbesar terhadap mereka."
Komunikasi internasional yang diselenggarakan CRI terus berkembang sejalan dengan tuntutan zaman dan kemajuan teknologi. Tahun 1998, CRI memiliki situs internet dalam multi bahasa yakni CRI Online. Melalui situs itu, pendengar dapat mendengarkan siaran dalam bahasanya sendiri maupun membaca berita yang termuat. Kini CRI Online sudah menjadi platform internet dalam 61 macam bahasa, dan CRI juga menjadi lembaga komunikasi internasional yang jenis bahasanya paling banyak di dunia.
CRI sebagai lembaga komunikasi internasional kini telah mempunyai 40 biro dan sub-biro di luar Tiongkok Daratan, memiliki 70 stasiun radio satu frekuensi, 180 radio kerja sama dan 24 studio pembuat program acara di luar Daratan Tiongkok. CRI yang menyiar hampir 3.000 jam per hari juga mempunyai 4.112 klub pendengar. Tahun lalu, CRI menerima lebih 3 juta umpan balik dari pendengar dan pengakses internet. Sebagai media negara berkembang, CRI akan memberitakan perubahan dan kejadian terbaru Tiongkok dan dunia dengan lebih lengkap dan mendalam.
Di antara pendengar setia CRI, terdapat sejumlah tokoh politik senior internasional, antara lain Presiden Laos Choummaly Sayasone dan anggota keluarganya. Berbicara tentang siaran CRI, Choummaly mengatakan: "CRI disambut baik di Laos. Saya dan rakyat Laos senang mendengarkan siaran CRI, informasi yang disampaikan cepat dan dapat dipercaya, juga siaran tentang pengetahuan umum menambah pengetahuan rakyat Laos terhadap Tiongkok. Saya menganggap CRI bagian dari media sosial Laos, dan jembatan penting untuk mempermaju saling pengertian dan persahabatan antara kedua negara."
Pada hemat sejumlah peneliti ilmu komunikasi, acara CRI disenangi karena selalu peduli akan kemanusiaan dan berpergang pada konsep layanan publik. Profesor Cao Lu dari Universitas Media Tiongkok mengatakan: "Konfigurasi dunia dewasa ini sudah mengalami banyak perubahan, siaran internasional dari tadinya untuk menceraikan musuh sampai untuk mendapatkan dukungan rakyat, dari 'perang geolombang radio' sampai berupaya agar negara sasaran dapat memilih dan menerima siaran kita, telah menjadi pertanda kelangsungan hidup siaran luar negeri. CRI dalam 10 tahun terakhir ini telah mengambil banyak langkah dalam laporan berita, agar lebih dekat dengan negara sasaran dan dalam memberikan layanan yang profesional. Ini merupakan perwujudan konsep komunikasi modern."
Sementara itu, CRI terus memperbarui jalan pikiran dalam menyelenggarakan komunikasi internasional dengan mengadakan kegiatan-kegiatan lintas negara dan daerah sebagai jembatan bagi sasaran media untuk mengenal Tiongkok dan menjalin persahabatan.
Misalnya pada tahun 2009, CRI menyelenggarakan lomba warga Tiongkok menyanyikan lagu-lagu Rusia. Perdana Menteri Tiongkok Wen Jiabao dan Perdana Menteri Rusia Vladimir Putin hadir dalam final dan memberikan penghargaan kepada pemenang. Pada kesempatan itu, Putin menyatakan: "Saya sangat terkesan bahwa warga Tiongkok dalam berbagai kelompok usia dan dari zaman yang berbeda begitu tertarik pada kebudayaan Rusia. Saya lebih-lebih merasa gembira menyaksikan angkatan muda di Tiongkok juga aktif ambil bagian dalam lomba menyanyikan lagu-lagu Rusia ini."
Perdana Menteri Wen Jiabao menyatakan bahwa aktivitas budaya seperti warga Tiongkok menyanyikan lagu-lagu Rusia ini dapat menjembatani hati rakyat kedua negara, dan merupakan landasan bagi hubungan kedua negara untuk terus mencapai kemajuan. Dikatakan oleh Wen Jiabao: "Tiongkok dan Rusia adalah negara besar yang mempunyai sejarah panjang, landasan hubungan antara kedua negara terletak di hati sanubari rakyat. Terima kasih kepada CRI yang telah mempermaju komunikasi pikiran dan budaya rakyat kedua negara melalui bahasa, dan menghubungkan hati rakyat kedua negara melalui musik dan lagu. Ini adalah masa depan hubungan kedua negara."
Banyak pendengar dari berbagai pelosok dunia setiap hari mendengarkan suara dari Tiongkok melalui gelombang radio, dan membaca laporan dari Tiongkok melalui internet. Mereka mengenal suara setiap penyiar dan tahu betul setiap acara CRI.
Di halaman kantor CRI terdapat kebun pohon sakura sumbangan pendengar dari Jepang, yang kini sudah rimbun dan berbunga semarak setiap musim semi. Di deretan etalase lantai dua kantor CRI dipamerkan berbagai macam suvenir pemberian pendengar seluruh dunia.
Berdirinya jejaring siaran internasional CRI CIBN awal tahun 2011 menandai CRI telah memasuki era media baru. Diresmikannya siaran televisi CIBN dan jejaring audio-video Tiandi beberapa hari lalu merupakan terobosan penting yang dicapai CRI pembangunan audio-video multibahasa.
Berbicara tentang perjalanan yang telah dilalui CRI, Direktur CRI Wang Gengnian mengatakan: "CRI telah melalui perjalanan yang gemilang selama 70 tahun. Semua yang kita lakukan adalah untuk memperkuat komunikasi dan persahabatan antara rakyat Tiongkok dan rakyat sedunia, dan untuk memperkenalkan kepada dunia sebuah Tiongkok yang sebenarnya dan dinamis. Pendengar dan pengakses situs internet CRI tersebar di 160 negara dan daerah dunia, tahun lalu CRI menerima lebih 3 juta umpan balik dari mereka. Banyak pendengar menyebut CRI sebagai 'jembatan pelangi' yang menghubungkan Tiongkok dan dunia. Setiap kemajuan dan prestasi yang dicapai CRI erat kaitannya dengan dukungan dan perhatian pendengar." Wang Gengnian menyatakan terima kasih kepada mereka dan menjanjikan akan memberikan layanan yang lebih baik.
Ke depan, CRI melalui multibahasa, serta berbagai bentuk media dan komunikasi akan terus menyampaikan rasa persahabatan rakyat Tiongkok kepada rakyat sedunia, dan melalui upayanya sendiri, menyumbangkan tenaga demi pembangunan dunia yang harmonis. [Yanti Ng / Jakarta / DKI / Tionghoanews]