INTERNASIONAL | TIONGHOANEWS


Selamat datang berkunjung dalam situs blog milik warga Tionghoa Indonesia. Disini kita bisa berbagi berita tentang kegiatan/kejadian tentang Tionghoa seluruh Indonesia dan berbagi artikel-artikel bermanfaat untuk sesama Tionghoa. Jangan lupa partisipasi anda mengajak teman-teman Tionghoa anda untuk ikutan bergabung dalam situs blog ini.

Senin, 16 Januari 2012

KOTA HANTU DI NEGARA KAYA BERNAMA CHINA

Pernah mendengar istilah ghost town atau kota hantu? Kalau pernah pasti terbayang kota atau kampung dengan bangunan-bangunan tua tanpa penghuni. Tapi ghost town made in China sama sekali beda. Pemukiman plus pusat perbelanjaan dalam satu area tanpa ditinggali oleh manusia sama sekali. Semua bangunan baru, jalan-jalan juga baru, fasilitas social yang ada semua baru. Tapi tanpa manusia.

Saat ini diperkirakan lebih dari 64 juta unit rumah/apartemen baru di China kosong selama 6 bulan atau lebih.. Kalau rata-rata satu keluarga mempunyai 3 anggota maka 64 juta unit ini bisa menampung 192 juta orang. Jumlah perhitungan ini hanya untuk tempat tinggal belum termasuk perkantoran, pusat perbelanjaan, gedung parkir dan ruang terbuka. Dan sialnya, jumlah ini akan terus bertambah. Membuat seluruh dunia saat ini khawatir.

China dikhawatirkan akan menyusul Amerika masuk dalam jurang krismon dengan penyebab yang sama. Meledaknya gelembung property. Tahun 2007/2008 Amerika dihajar pecahnya gelembung sektor real estate khususnya perumahan. Sampai sekarang negara Paman Sam ini tidak bisa pulih. Kalau hal itu terjadi pada China dan tidak bisa pulih dalam waktu cepat maka dikhawatirkan gelombang krismon akan juga menghantam dunia.

Tambah babak belur dunia. Saat ini saja krisis ekonomi di Eropa belum pulih, Jepang sedang sibuk mengatasi perekonomiannya yang sudah lama stagnan. Krisis baru di China nanti tentu akan menyusahkan seluruh dunia.

Bermula saat krisis ekonomi dunia tahun 2008/2009. Sebagai negara produsen China kehilangan volume pesanan dari negara-negara maju. Situasi ini membuat banyak pekerja pabrik di negara itu yang kehilangan pekerjaan. Untuk mengatasi masalah ketidakpuasaan ini pemerintah China mengeluarkan kredit berbunga murah untuk dipakai sebagai modal membuat pekerjaan bagi pekerja kota yang jumlahnya 23 juta orang ini.

Kredit murah triliunan dollar ini dipakai oleh pemerintah daerah, pengusaha industri dan terutama developer untuk berspekulasi di bidang property. Dengan dana yang bisa dibilang tidak terbatas bisa ditebak yang terjadi adalah jor-joran dalam membangun property.

Pemerintah daerah yang seharusnya menjadi pengawas malahan ikut larut dalam proses ini. Selain bisa menciptakan tenaga kerja plus mendapatkan pajak tentu juga bisa ikut bermain melalui tangan saudara baik jauh maupun dekat. Singkat kata semua senang… everybody's happy.

Praktek penipuan berkedok skema investasi pun marak terjadi. Korbannya pengusaha-pengusaha kecil ataupun kalangan masyarakat biasa yang ingin mengadu untung berinvestasi di property. Rencana ingin menikmati setetes dua tetes madu pembangunan malahan jadi kehilangan semua tabungan mereka.

Selain penipuan juga terjadi praktek spekulasi yang sangat tidak masuk akal sebenarnya. Dari sekitar 3,6 milyar meter persegi luas konstruksi property tahun lalu hanya 709 juta meter persegi yang sudah laku dipasarkan. Sisanya kemungkinan hanya akan menambah luasnya wilayah bangunan yang kosong tidak berpenghuni.

Bukan tidak ada yang ingin membeli slot-slot kosong ini tetapi karena tidak mampu. Developer lebih senang menahan harga walaupun property mereka kosong daripada melepas langsung tapi harga jualnya lebih murah. Spekulasi. Nanti akan datang pembeli dengan harga yang lebih mahal. Kapan pembeli akan datang tidak ada yang tahu.

Tahun ini pemerintah China memprediksikan pertumbuhan ekonomi sebesar 8,8%, turun dari 9,3% di tahun 2011. Tapi angka ini besar kemungkinan harus dikoreksi terkait carut-marut yang terjadi di sector property ini. Tidak mustahil angka pertumbuhan nasional China nantinya hanya di sekitaran 4-5%.

Cepat atau lambat dunia akan ikut terkena dampak krisis property di China. Seandainya kita bisa hidup tanpa globalisasi. [Miao Miao / Beijing]

ARTIKEL YANG BERKAITAN

Mari kita dukung kiriman artikel-artikel dari teman-teman Tionghoa, dengan cara klik "SUKA" dan teruskan artikel kesukaan Anda ke dalam facebook, twitter & googleplus Anda.

TERBARU HARI INI

ARTIKEL: BUDAYA

ARTIKEL: KEHIDUPAN

ARTIKEL: KESEHATAN

ARTIKEL: IPTEK

ARTIKEL: KISAH

ARTIKEL: BERITA