Kantor berita Xinhua menyebutkan, "massa yang beringas" melancarkan serangan sekitar pukul 18.00 waktu setempat atau 17.00 WIB di daerah Yecheng. Kerusuhan itu menyebabkan 10 orang tewas. Polisi kemudian menembak mati dua orang dari pelaku kekerasan tersebut.
Xinjiang merupakan daratan luas di barat laut China dan berpenduduk sekitar 21 juta jiwa. Sebanyak 9 juta jiwa di antarnya merupakan penduduk dari etnik Uighur, yang dikenal menentang penindasan oleh pihak berwenang China.
Akhir bulan lalu, Pemerintah China menyatakan akan memperkuat pasukan kepolisian di kawasan tersebut. Xinhua mencatat, pemerintah akan merekrut 8.000 polisi baru untuk memperkuat jajaran kepolisian di kawasan pedesaan di Xinjiang. Ibu kota Xinjiang, Urumqi, menjadi pusat kerusuhan terburuk di China dalam beberapa dasawarsa pada 5 Juli 2009. Kerusuhan itu merenggut hampir 200 jiwa dan mencederai sekitar 1.700 orang.
Kekerasan yang dialami warga Uighur itu telah menimbulkan gelombang protes di berbagai kota di dunia, seperti Ankara, Berlin, Canberra, dan Istanbul. Perdana Menteri Turki Recep Tayyip Erdogan paling keras melontarkan kecaman dan menyebut kejadian di Xinjiang sebagai "semacam pembantaian".
Warga Uighur di pengasingan menyebut pasukan keamanan China bereaksi terlalu berlebihan atas protes damai dan menggunakan kekuatan mematikan. Sama seperti Tibet, Xinjiang merupakan salah satu kawasan paling rawan politik. Di kedua wilayah itu, Pemerintah China berusaha mengendalikan kehidupan beragama dan kebudayaan serta menjanjikan petumbuhan ekonomi dan kemakmuran. [Miao Miao / Beijing]