Kenaikan upah adalah komponen yang terpenting dalam cetak biru pasar tenaga kerja China, dan menjadi bagian dari rencana ekonomi lima tahunan yang memasuki seri ke 12 dari perekonomian nomor dua terbesar di dunia itu.
Upah minimum berkisar antara tertinggi 1.500 yuan (US$ 240) per bulan di Shenzhen hingga 870 yuan per bulan di Chongqing. Reuters tadi pagi (9/2) mengungkapkan, Beijing menginginkan kenaikan upah minimum 40 persen dari yang diterima buruh sekarang dalam lima tahun ke depan, seperti yang dimuat di website mereka.
Kelangkaan buruh jadi masalah di China yang ekspornya mengandalkan basis manufaktur, sehingga membutuhkan puluhan juta buruh migran untuk mengisinya. Namun pemerintah optimistis pada tahun-tahun mendatang masalah kelanggkaan buruh itu akan teratasi.
"Setiap tahun ada 25 juta penduduk perkotaan membutuhkan lowongan kerja dan masih ada lagi penduduk pedesaan yang juga butuh pekerjaan dalam jumlah yang juga cukup besar," tulis rencana itu.
Pemerintah China senantiasa sensitif terhadap masalah ketersedian lowongan kerja karena bisa menimbulkan keresahan sosial. Beijing sebelumnya merasa tak perlu tahu tingkat penganggguran hingga akhir dasawarsa 90-an, serta tak pernah mengumunkan angka pengganguran China.
Angka pengangguran yang dibuat kementerian tenaga kerja hanya menyebut jumlah penduduk permanen perkotaan dan indikator kuartalan, dianggap oleh banyak bank investasi sebagai sesuatu yang tak relevan.
"Seluruh kementerian China yang sedang menyusun kebijakan fiskal, industri dan keuangan harus memperhatikan dampak ketenagakerjaan ini dan memerhatikan risiko-risiko pengangguran," tulis rencana tersebut.
Upah rata-rata per bulan buruh migran China yang sebanyak 158 juta itu mengalami kenaikan 21,2 persen pada 2010 menjadi 2.049 yuan. Data pemerintah menyebutkan, dalam kurun 2006-2010 upah minimum China naik sebesar 12,5 persen.
Data ini merupakan penjabaran amanat pemimpin revolusi kapitalis China, almarhum Deng Xiaoping. Deng mengatakan, menjadi kaya adalah berkah dan bukanlah dosa. Tapi kemamuran China jangan sampai hanya membuat orang kaya menjadi semakin kaya, sementara si miskin menjadi semakin tak berpunya. Maka yang terbaik adalah kemamuran China harus mampu mendorong penduduk China menjadi lebih kaya secara bersama-sama. [Teo Ai Ping / Jakarta]