Dengan bantuan Google Earth, ekspedisi tersebut mendokumentasikan dinding kuno yang letaknya sekitar 100 kilometer di zona perbatasan Mongolia bagian selatan, pada Agustus 2011 lalu. Temuan tersebut dipublikasikan pada Maret 2012 dalam Majalah National Geographic edisi bahasa China.
Menurut pemimpin ekspedisi, William Lindesay, bagian tembok tersebut dimiliki Mongolia dan dikenal sebagai 'Tembok Jengis Khan'. Namun menurutnya, penamaan Jengis Khan hanya sebagai jejak samar. "Kami menemukan real wall, yang berdiri tinggi dan didominasi fitur landskap," ujar Lindesay.
Terlebih lagi, kata Lindesay, dinding tersebut bukan pekerjaan Jengis Khan ataupun ahli warisnya. Namun sebenarnya tembok tersebut merupakan segmen yang hilang dari Tembok Besar China.
Saat mencari petunjuk topografi dari Google Earth, dinding terlihat pada citra satelit. Kesatuannya terletak pada dua peregangan yang terjaga baik namun rentangan dinding sangat kontras. Satu bagian telah dibuat dari lumpur basah dan Kayu gurun Saxaul, yang lain terbuat dari balok batu vulkanik hitam.
Mengukur panjang dan luas, Lindesay menduga dinding tersebut awalnya memiliki ketinggian dua meter lebih tinggi dari sekarang. "Yang kami temukan hanya bagian sisa terakhir dari fosil, sisanya hilang," kata Lindesay.
Pada bagian dinding hilang tersebut, tim ekspedisi juga menemukan tembikar dan sampah. Namun, tak ada koin maupun senjata yang dapat membuktikan dinding tersebut benar-benar dijaga. Mereka juga tidak menemukan menara pengawas pertahanan. "Sistem dinding tidak lengkap. Bukan hanya tidak memadai untuk membuat sinyal asap, namun juga tak mampu menampung pasukan," tambah Lindesay.
Antropolog Minnesota, Weatherford mengamini kesimpulan Lindesay bila sisa yang ditemukan tersebut merupakan bangunan China. Menurutnya, tembok tersebut belum pernah diteliti sehingga penemuan tersebut amat penting. [Miao Miao / Beijing]