INTERNASIONAL | TIONGHOANEWS


Selamat datang berkunjung dalam situs blog milik warga Tionghoa Indonesia. Disini kita bisa berbagi berita tentang kegiatan/kejadian tentang Tionghoa seluruh Indonesia dan berbagi artikel-artikel bermanfaat untuk sesama Tionghoa. Jangan lupa partisipasi anda mengajak teman-teman Tionghoa anda untuk ikutan bergabung dalam situs blog ini.

Rabu, 30 Mei 2012

KEKERASAN ANCAM PROFESI KEDOKTERAN DI CHINA

Para mahasiswa kedokteran di kota-kota besar China umumnya harus menimba ilmu di universitas selama 10 tahun. Pada waktu mereka mulai bekerja sebagai dokter, mereka telah berusia 30-an tahun.

Dan para dokter menerima gaji bulanan kira-kira sebesar 640 dolar AS, jauh lebih kecil dari sejawat mereka di negara-negara maju lain.

Rendahnya gaji, lamanya jam kerja dan sangat besarnya tanggungjawab membuat kedokteran jadi pilihan karir yang kurang menarik bagi banyak orang di China.

Kini, ada pula risiko besar lain dari meningkatnya kekerasan di rumah sakit di Negeri Panda itu.

Perguruan tinggi Fudan University di Shanghai menemukan belum lama ini bahwa kekerasan di rumah sakit menyebabkan para mahasiswa kedokteran memilih pekerjaan di departemen-departemen yang lebih kecil kemungkinannya terlibat pertikiaan dengan pasien.

Para mahasiswa bermata terang juga goyah moralnya bila kalangan dokter yang bahkan sangat terhormat saja dipersalahkan dan cedera dalam sejumlah kasus.

"Hal itu memukul moral para mahasiswa, karena mereka merasa tak melakukan sesuatu yang salah, tapi harus menanggung berbagai akibat seperti itu," ucap Wu Zhe Nan, mahasiswa yang melakukan survei di Fudan University.

Mahasiswa kedokteran bernama Yuan Dong, yang magang sebagai dokter selama dua tahun, mengaku jiwanya terpengaruh oleh beberapa kasus kekerasan yang terjadi di rumah sakit belakangan ini.

"Ketika saya berjalan-jalan di sekitar gedung-gedung rumah sakit memakai baju dokter, jika saya tiba-tiba merasa ada seorang mengikuti saya di belakang maka saya jadi sangat grogi, karena terlintas dalam benak jangan-jangan orang itu akan mencelakai saya. Saya kerap merasakan kekhawatiran seperti itu belakangan ini," ungkapnya.

* Tinggalkan

Bahkan dokter-dokter yang lebih kawakan juga mulai meninggalkan profesi tersebut.

"Banyak dokter terkemuka, lebih terkemuka daripada saya, telah pergi," papar Dr Bian Zhen Qian dari Shanghai Renji Hospital. "Saya tertanya-tanya apa yang akan terjadi nantinya bila dokter-dokter seangkatan kami jadi tua. Siapa yang akan mengobati kami bila kami sakit?

"Banyak gadis selama ini berkeinginan kawin dengan dokter. Kini semakin sedikit orang punya hasrat begitu. Kawin dengan dokter berarti anda harus khawatir apakah dia akan selamat tiba di rumah pada malam hari, apakah dia dipukuli atau dihina. Siapa yang tahu?"

Untuk mencegah kesalahfahaman dengan para pasien, dokter-dokter kini harus bersikap lebih hati-hati tentang apa-apa yang mereka katakan.

"Saya akan memberitahu pasien tentang semua skenario dan konsekuensi berbeda. Saya tidak akan memberikan angka pasti kepada pasien," ujar Yuan.

"Kini saya menggunakan ucapan seperti 'tentang' dan 'kurang lebih' lebih sering karena tak mungkin saya dapat 100 persen pasti. Bahkan jika anda punya peluang sukses 98 persen, anda tidak dapat menjamin sisanya yang 2 persen tak akan terjadi."

* Konservatif

Untuk menghindarkan pertikaian, dokter-dokter akan cenderung memilih suatu pengobatan yang lebih konservatif, tapi cara itu mungkin tidak paling efektif. Para pasien mungkin diminta menjalani tes lebih banyak agar lebih aman tapi sebetulnya bisa jadi tak perlu. Semua ini akan menaikkan biaya berobat bagi pasien, hingga pada akhirnya membuatnya jadi suatu lingkaran keji.

Dr Fu Weigang, presiden eksekutif Shanghai Institute of Finance and Lawa, mengemukakan, "Para dokter kadangkala juga takut. Apa yang akan terjadi jika saya keliru dalam diagnosis dan hal itu menjadi kasus malpraktek medis? Karena itu dia akan melakukan lebih banyak pemeriksaan untuk memastikan tidak ada faktor-faktor lain yang bisa menjadi masalah sebelum dia membuat suatu keputusan."

Pakar-pakar menegaskan bahwa meningkatnya kekerasan di rumah sakit belum menjadi faktor lain yang akan memicu kenaikan biaya berobat dan menurunkan standar pada akhirnya, sehingga membuat perombakan sistem perawatan kesehatan di China jadi kian gawat. [Li Xing Yi / Shanghai]

ARTIKEL YANG BERKAITAN

Mari kita dukung kiriman artikel-artikel dari teman-teman Tionghoa, dengan cara klik "SUKA" dan teruskan artikel kesukaan Anda ke dalam facebook, twitter & googleplus Anda.

TERBARU HARI INI

ARTIKEL: BUDAYA

ARTIKEL: KEHIDUPAN

ARTIKEL: KESEHATAN

ARTIKEL: IPTEK

ARTIKEL: KISAH

ARTIKEL: BERITA