Kantor berita Reuters, Rabu 20 Juni 2012 memberitakan, kedua pria yang dituduh mata-mata ini diketahui bernama Yevgeny Afanasyev dan Svyatoslav Bobyshev itu membocorkan spesifikasi rudal balistik bawah laut Rusia, Bulava, pada China saat berkunjung ke sana pada 2009. Afanasyev diganjar lebih lama enam bulan dari Bobyshev, yang divonis 12 tahun penjara.
Saat ditangkap pada Maret 2010, kedua profesor Universitas St. Petersburg ini sempat mengajukan banding, yang kemudian ditolak pengadilan. Kali inipun, mereka kembali berencana mengajukan banding.
Bulava adalah salah satu rudal Rusia yang dianggap paling sukses. Padahal sebelumnya, rudal ini mengalami beberapa kali kegagalan saat pengembangannya. Bulava dianggap sebagai embrio persenjataan generasi baru Rusia. Setiap informasi mengenai Bulava dianggap rahasia negara.
Selain Bulava, petugas intelijen China yang menyamar sebagai penerjemah dilaporkan juga berusaha mengorek informasi soal rudal jenis lain milik Rusia, seperti Topol-M dan Iskander. Menurut pengadilan, bocoran yang diperoleh dapat digunakan China sebagai alat deteksi rudal Rusia.
Rusia dan China mulai membangun kemitraan strategis sejak keruntuhan Uni Soviet pada 1991. Awalnya, China adalah pelanggan terbesar persenjataan Rusia. Namun belakangan, Negeri Beruang Merah mulai mengurangi penjualan karena China dianggap sering memcontek teknologi Rusia. [Miao Miao / Beijing]