Dua museum ini adalah The China Art Museum (modern) dan Power Station of Art (kontemporer), yang dibuka di bekas lokasi berlangsungnya 2010 World Expo.
The China Art Museum, ditujukan untuk menjadi tempat yang memamerkan karya seni modern yang perdana di Shanghai.
"Skala dan konfigurasinya tidak ada yang menyamai di Asia. Bangunan ini lebih cenderung mendekati Metropolitan Museum of Art di Amerika, Musee d'Orsay di Prancis dan museum seni internasional terkenal lainnya," kata kepala kebudayaan Shanghai, Hu Jinjun sebelum pembukaan.
Museum yang didukung pemerintah ini memiliki ruang pameran 64.000 meter persegi.
Museum seni kontemporer baru ini juga menyambut para pengunjung pada musim liburan frngsn mengadakan pameran karya-karya 1980-an hingga ke masa sekarang, dan menjadi rumah permanen bagi festival seni tahunan Shanghai.
Menyebut diri sebagai Power Station of Art, museum seluas 40.000 meter persegi, mengambil nama dari bekas bangunan pembangkit tenaga listrik yang diubah fungsinya untuk Expo.
Para kritikus telah bertanya tentang bagaimana Shanghai akan mengisi ruang sebegitu besarnya dengan pameran-pameran yang bermakna.
"Pada dasarnya mereka menjadikan dirinya meniru New York atau London. China cenderung ingin membangun museum-museum seni yang besar. Masalahnya, apa yang mereka tempatkan di dalamnya. Bagian isinya selalu harus berkompromi dengan situasi politik," ujar Chris Gill, seniman dan penulis seni di Shanghai.
China menyensor seni bahwa negaranya mempertimbangkan karya yang sensitif secara politis atau mengandung pornografi, yang oleh petugas setempat berhak menarik karya individu atau menutup pameran jika menyalahi aturan tersebut.
Pada 2006, Shanghai menutup sebuah pameran puluhan seniman China di sebuah museum seni swasta karena memperlihatkan gambar-gambar yang dinilai pornografi, yaitu berupa gambar perempuan telanjang.
Pameran yang diadakan sebagai pembuka China Art Museum, sangat menekankan seni China, namun lantai satu menampilkan karya-karya dari negara lain, termasuk lukisan karya Rembrandt dan Johannes Vermeer yang dipinjam dari Rijkmuseum dari Belanda.
Seorang mahasiswi dari Shanghai, Wang Qingyong memuji ukuran museum baru ini. "Ada banyak ruangan. Banyak karya akan datang," ujarnya sambil menatap sebuah lukisan karya Robert Bechtle dari Amerika.
Shanghai sebelumnya telah menguji China Pavilion di dalam Expo yang sekarang menjadi lokasi China Art Museum, dengan memamerkan karya seniman asal Spanyol, Pablo Picasso pada tahun lalu, namun pengunjung lebih sedikit dari yang diharapkan.
Kota itu memiliki harapan tinggi bagi pengunjung, mendistribusikan tiket gratis bagi 10.000 orang per hari untuk China Art Museum dan 6000 orang per hari untuk Power Station of Art selama libur akhir panjang National Day yang dimulai pada Senin (15/10). [Dewi Ria Utari / Jakarta] Sumber: AFP
PESAN KHUSUS
Silahkan kirim berita/artikel anda ke ke alamat email: tionghoanews@yahoo.co.id
MENU LINKS
http://berita.tionghoanews.com
http://internasional.tionghoanews.com
http://budaya.tionghoanews.com
http://kehidupan.tionghoanews.com
http://kesehatan.tionghoanews.com
http://iptek.tionghoanews.com
http://kisah.tionghoanews.com