Polisi menduga anak-anak itu diculik dari wilayah barat China dan dibawa ke berbagai kota untuk melakukan pencurian dan perampokan.
"Para tersangka penculik ini memukul, melecehkan dan mengancam anak-anak ini dan memaksa mereka mencuri dan merampok di tempat-tempat umum," kata juru bicara Kementerian Keamanan Publik, Huang Shihai.
Lokasi tempat pencurian, kata Shihai, sangat bervariasi mulai dari pusat-pusat perbelanjaan hingga ke terowongan jalan dan stasiun kereta api.
Pemerintah China menggelar operasi pemberantasan penculikan anak di Beijing dan berbagai proviinsi sebagai bagian kampanye yang diluncurkan April tahun lalu yang sejauh ini berhasil menangkap 2.700 orang tersangka penculik dan membebaskan 2.300 orang anak-anak.
Kelompok penculik ini biasanya mengincar anak-anak suku Uighur di Provinsi Xinjiang yang tidak berbicara bahasa China. Akibatnya polisi semakin kesulitan melakukan investigasi.
Para penculik ini juga mengincar anak-anak miskin yang putus sekolah. Mereka menjanjikan anak-anak ini cara untuk menjadi kaya di tempat lain. Demikian kata seorang penterjemah Uighur yang membantu investigasi polisi.
"Namun saat tiba di kota, anak-anak itu dipaksa mengemis dan mencopet. Ini sudah menjadi industri yang sangat menguntungkan. Setiap anak harus mendapatkan uang dalam jumlah tertentu atau sang bos akan memukuli mereka," kata Abikim si penterjemah. [Louis Koh / Beijing] Sumber: China Daily