INTERNASIONAL | TIONGHOANEWS


Selamat datang berkunjung dalam situs blog milik warga Tionghoa Indonesia. Disini kita bisa berbagi berita tentang kegiatan/kejadian tentang Tionghoa seluruh Indonesia dan berbagi artikel-artikel bermanfaat untuk sesama Tionghoa. Jangan lupa partisipasi anda mengajak teman-teman Tionghoa anda untuk ikutan bergabung dalam situs blog ini.

Kamis, 15 Desember 2011

NEGERI DONGENG DI HUTAN BATU CHINA

Satu lagi tempat wisata menakjubkan, Shilin atau biasa di sebut Hutan Batu ini terletak di Kabupaten Otonom Etnis Yi Shilin, Kota Kunming, Provinsi Yunnan di Tiongkok barat daya, kira-kira 78 km dari Kunming.

Hutan batu ini terhampar di daerah yang luasnya ratusan km persegi dan berbukit-bukit. Disana terdapat gugusan hutan batu besar dan kecil yang tersebar di lereng dan lembah bukit serta tanah basah. Daerah hutan batu besar dan kecil yang terdapat di tempat yang merupakan topgrafi karst terbesar di Tiongkok bahkan dunia ini begitu menarik sehingga sering skali di kunjungi para pelancong.

Menurut perhitungan, hutan yang terdiri dari batu ini memilki luas sekitar 12 km persegi. Daerah hutan batu besar terletak tepat di tengah-tengah seluruh daerah hutan batu dan merupakan daerah yang paling representatif dan memiliki sejarah paling lama. Wow, menarik bukan? Pesona hutan batu seperti teka-teki yang sulit diutarakan dengan bahasa.

Sebuah puncak batu yang sama memberikan gambaran dan kesan yang berbeda pada musim dan cuaca yang berbeda, bahkan pada waktu-waktu berlainan di satu hari.

Tidak hanya itu, di sini terdapat pula obyek-obyek wisata yang terkenal seperti Puncak Kembang Teratai, Kolam Puncak Pedang dan lainnya. Di sana juga terdapat puncak yang diberi nama ?Bukit Pedang dan Lautan Api?.

Dinamakan ?Bukit Pedang dan Lautan Api? karena batu-batu di atas berbentuk seperti pedang tajam yang menusuk langit sebagai hasil kerja gerusan air hujan dalam waktu panjang, sedang batu-batu yang berada di bawah dulu terpendam di dalam tanah dan ada bekas-bekas aliran air.

Hutan Batu Besar terdiri dari puncak-puncak batu yang rapat, wisatawan dapat berjalan di celah-celah puncak batu itu. Bentuk batu-batu itu sangat beragam dan aneh, ada yang menyerupai benda, ada pula yang mirip orang.

Puncak batu yang diberi nama ?Ibu dan Anak? tampak seperti seorang ibu sedang menggandeng anaknya berjalan-jalan. ?Gajah di Pelataran Batu? mirip seekor gajah berdiri di atas bukit batu.

Ada hampir seratus bukit-bukit batu yang diberi nama seperti itu sesuai bentuknya. Batu di sini bukan saja aneh bentuknya, ada pula yang bila ditabuh bisa mengeluarkan bunyi yang indah seperti lonceng yang akhirnya dinamakan ?Batu Lonceng?.

Dibanding dengan Hutan Batu Besar, Hutan Batu Kecil tampak lebih polos, obyek wisata yang paling terkenal di Hutan Batu Kecil adalah Ashima karena di sini ada sebuah batu tinggi yang bentuknya mirip gadis cantik dalam dongeng etnis Yi bernama Ashima: bagian kepalanya mengenakan kerudung, mendukung sebuah keranjang, berdiri anggun mendongak melihat jauh ke depan.

Kini, daerah pemandangan Hutan Batu Kecil dihias dengan lampu-lampu. Di waktu malam, dengan sorotan sinar lampu-lampu itu, wisatawan dapat melihat berbagai macam batu yang aneh-aneh bentuknya.

Di ujung utara daerah pemandangan Hutan Batu ada sebuah hutan batu yang dinamakan Naigu yang berarti? tua dan hitam? dalam bahasa Sani etnis Yi. Batu-batu di sini tinggi besar dan rapat, dari jauh tampak seperti benteng-benteng batu yang megah.?

Bila kita naik ke atas bukit-bukit batu itu, akan tampak lautan batu warna hitam yang luas terhampar di bawah. Di bawah hutan batu itu terdapat pula dunia goa yang unik pemandangannya sehingga membentuk lanskap karst tiga dimensi.

Wisatawan dari Australia Briana Lopez berdecak kagum menyaksikan pemandangan di sana. Ia mengatakan,? Sungguh mengagumkan, bentuk batu-batu itu sangat indah?.

Batu-batu di Hutan Batu ini bisa berubah warna sesuai dengan perubahan cuaca. Ketika hujan, Hutan Batu yang berwarna abu-abu segera berubah menjadi hitam kelam. Bila hujan reda dan udara cerah, warna batu-batu itu langsung berubah menjadi loreng-loreng, kemudian kembali menjadi abu-abu muda. Karena keindahannya hutan batu di tempat dijadikan museum topografi hutan batu yang sangat berharga. [Meilinda Chen / Jakarta / Tionghoanews]

Sumber Artikel: Google Search Engine

ARTIKEL YANG BERKAITAN

Mari kita dukung kiriman artikel-artikel dari teman-teman Tionghoa, dengan cara klik "SUKA" dan teruskan artikel kesukaan Anda ke dalam facebook, twitter & googleplus Anda.

TERBARU HARI INI

ARTIKEL: BUDAYA

ARTIKEL: KEHIDUPAN

ARTIKEL: KESEHATAN

ARTIKEL: IPTEK

ARTIKEL: KISAH

ARTIKEL: BERITA