INTERNASIONAL | TIONGHOANEWS


Selamat datang berkunjung dalam situs blog milik warga Tionghoa Indonesia. Disini kita bisa berbagi berita tentang kegiatan/kejadian tentang Tionghoa seluruh Indonesia dan berbagi artikel-artikel bermanfaat untuk sesama Tionghoa. Jangan lupa partisipasi anda mengajak teman-teman Tionghoa anda untuk ikutan bergabung dalam situs blog ini.

Senin, 06 Februari 2012

CHINA MAKIN BUTUH KELAPA SAWIT

Pertumbuhan ekonomi China yang menakjubkan berujung pada meningkatnya konsumsi kelapa sawit Negeri Tirai Bambu tersebut. Alhasil, Indonesia bisa ikut ambil bagian memanfaatkan celah kebutuhan tersebut.

Wakil Sekretaris Jenderal Kamar Dagang Impor dan Ekspor Bahan Makanan dan Produk Hewani Republik Rakyat China Wang Huiquan pernah mengatakan rakyat China mengonsumsi minyak kelapa sawit mentah (CPO) sebagai minyak nabati kedua setelah minyak kedelai. Pada dua tahun silam, China mengimpor 24 juta ton minyak kedelai dan 6,4 juta ton CPO. Menariknya, hanya dalam jangka waktu kurang dari lima tahun, konsumsi CPO China menanjak lipat dua.

Data dari berbagai sumber seperti asosiasi kelapa sawit dan Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan kalau Indonesia bisa menggenjot produksi kelapa sawit hingga 50 juta ton pada tahun ini dan mendatang. Angka ini adalah hampir separuh dari total produksi kelapa sawit dunia.

Dari jumlah itu, China memerlukan sekitar seperlimanya. "Pasar dalam negeri memang masih sangat membutuhkan kelapa sawit. Tapi, kami akan memperluas pasar ekspor sehingga kelak 50 persen kami memasok dalam negeri dan 50 persen ke luar negeri," kata Direktur Anam Koto Chandra Wijaya, kemarin.

Chandra, lebih lanjut mengatakan, negara tujuan ekspor nanti adalah China dan juga Malaysia. "Bisnis kelapa sawit memang kian prospektif," katanya menambahkan.

Lebih lanjut Chandra menjelaskan pihaknya baru saja mengakuisisi lahan perkebunan seluas 5.000 hektar milik PT Padang Laweh, di Sumatera Barat. Anam Koto juga berbasis di Sumatera Barat. Menurut Chandra, pascaakuisisi ini, kini Anam Koto mengelola perkebunan kelapa sawit seluas 6.000 hektare. "Awalnya kami hanya mengelola lahan seluas 1000  hektare," ujar Chandra yang memulai bisnisnya pada 1997.

Masih menurut Chandra, pada 1997, pihaknya mengambil alih pabrik CPO di Pekanbaru senilai Rp 60-70 miliar, plus mengakuisisi perkebunan di Padang seluas sekitar 1.000 hektare senilai Rp 10-15 miliar.

Ia menambahkan hasil panen saat itu sekitar 500-600 ton per bulan belumlah maksimal. Idealnya, setiap satu hektare kebun kelapa sawit menghasilkan 1.000-1.200 ton tiap bulan. Dengan lahan seluas 600 hektar yang sudah tertanam, produksinya sekitar 800-1000 ton per bulan. Sedangkan, pabrik CPO di Pekanbaru, produksinya sekitar 60 ton per jam atau sekitar 400-600 ton per hari.

Kini, dengan mengelola 6.000 hektare, Chandra berharap produksi sekitar 1.500 ton -2000 ton per bulan. Sebelumnya hanya sekitar 1000 ton per bulan.

Chandra mengaku, sampai sekarang baru sekitar 3000 hektare dari total lahan akuisisi yang sudah ditanami. Tahun ini, patokan target produksi adalah 1.700-2.000 ton per bulan.

Secara perhitungan rata-rata, investasi di bidang perkebunan menempati porsi 80 persen. Sementara, sisanya adalah di bidang pembangunan pabrik CPO. Tiap hektare lahan perkebunan kelapa sawit, dalam catatan Chandra, pihaknya memerlukan dana sekitar Rp 50-60 juta.

Anam Koto hingga sekarang memunyai empat pabrik CPO. Dua pabrik di Riau berkapasitas produksi 90 ton per jam. Satu pabrik di Sumatera Utara mampu menghasilkan CPO 30 ton per jam. Sedangkan, satu pabrik lagi  di Sumatera Barat, kapasitas produksinya sekitar 34 ton per jam. "Dengan pabrik pengelolaan CPO yang ada, saya berharap bisa memproduksi CPO sekitar 4 ribu-8 ribu ton per bulan," katanya.

Pada tahun depan, lanjut Chandra, pihaknya berencana menambah dua pabrik di Kalimantan Barat yang masing-masing memiliki kapasitas produksi sekitar 30 ton per bulan. Pabrik di provinsi ini adalah pabrik tanpa kebun. Paling tidak hingga 2015, Chandra berambisi menambah dua sampai tiga pabrik dengan kapasitas sekitar 90 ton per jam.

Anam Koto sekarang menjual kelapa sawit berikut CPO ke Smart Corporation, Musi Mas, KPN (Wilmar Group) Permata Hijau, Tunas Lampung, dan lain-lain.

Chandra menambahkan tahun lalu perkebunan kelapa sawit dan pabrik pengelolaan CPO membukukan omzet sekitar Rp 500 miliar- 600 miliar. Dari jumlah itu,  sekitar 80 persen kontibusi berasal dari pabrik CPO dan 20 persen dari perkebunan. Tahun ini, target pertumbuhan omzet sekitar 15-20 persen atau sekitar Rp 700 miliar. [Lily Ng / Padang]

ARTIKEL YANG BERKAITAN

Mari kita dukung kiriman artikel-artikel dari teman-teman Tionghoa, dengan cara klik "SUKA" dan teruskan artikel kesukaan Anda ke dalam facebook, twitter & googleplus Anda.

TERBARU HARI INI

ARTIKEL: BUDAYA

ARTIKEL: KEHIDUPAN

ARTIKEL: KESEHATAN

ARTIKEL: IPTEK

ARTIKEL: KISAH

ARTIKEL: BERITA