INTERNASIONAL | TIONGHOANEWS


Selamat datang berkunjung dalam situs blog milik warga Tionghoa Indonesia. Disini kita bisa berbagi berita tentang kegiatan/kejadian tentang Tionghoa seluruh Indonesia dan berbagi artikel-artikel bermanfaat untuk sesama Tionghoa. Jangan lupa partisipasi anda mengajak teman-teman Tionghoa anda untuk ikutan bergabung dalam situs blog ini.

Jumat, 22 Februari 2013

CHINATOWN YOKOHAMA YANG UNIK DI ASIA TIMUR JAUH

Orang-orang China terkenal suka merantau dan berdagang. Umumnya mereka tinggal di suatu wilayah yang dilokalisir dan disebut Chinatown (Pecinan). Biasanya mereka tersebar di kota-kota besar di berbagai negara seperti Amerika Serikat, Kanada dan Asia Tenggara. Awalnya berdagang dan lama-kelamaan menetap di negara tersebut.

Adapun di Jepang, ada tiga Pecinan yaitu di Yokohama, Kobe dan Nagasaki. Dahulu, orang Jepang menyebutnya Nankinmachi atau Kota Nanking. Sedangkan sekarang terkenal dengan istilah Chuukagai.

Yokohama adalah pelabuhan pertama di Jepang yang dibuka sebagai pelabuhan international. Tahun 1853 Komodor Perry berlabuh pertama kali di Yokohama dan berhasil memaksa Jepang untuk membuka diri terhadap perdagangan dengan kapal asing.

Setelah pelabuhan Yokohama dibuka, permukiman orang asing (dalam bentuk konsesi) didirikan di sini. Bersama-sama dengan kedatangan orang Eropa dan orang Amerika ke Yokohama, datang pula orang-orang bangsa lain yang dipekerjakan oleh para diplomat asing, dan sejumlah pedagang dan pedagang perantara dari China. Sebagian besar pedagang waktu itu berasal dari Hong Kong dan Guangdong. Pada tahun 1859 dibangunlah Chinatown Yokohama.

Chinatown ini bisa dicapai dari - Motomachi-Chukagai Station (Minatomirai Line), -I shikawa-cho Station (JR), - Kannai Station (JR atau Yokohama City Subway). Jika naik bus, berangkat dari Sakuragi-cho Station (JR or Yokohama City Subway) dan turun di Chuukagai Iriguchi.

Sebagian besar jalan-jalan di Chinatown Yokohama diberi nama sesuai dengan asal daerah warga, misalnya Jalan Shanghai, Jalan Zhongshan, dan Jalan Fujian. Di distrik Naka-ku, tempat Chinatown ini berada, populasi penduduk warganegara Republik Rakyat China sekitar 4.000 orang, atau sekitar 30,3% dari total penduduk asing di distrik ini.

Kenapa pedagang China yang datang ke Yokohama bisa demikian banyak ya? Katanya sih karena mereka sudah bisa berkomunikasi menggunakan bahasa Inggris. Wuih, keren. Jadinya pede menghadapi para pedagang asing. Mereka juga bisa berkomunikasi dengan penduduk Yokohama dengan menggunakan huruf kanji. Wajar saja, kanji Jepang kan berasal dari China, walaupun enggak semuanya diadopsi.

Kawasan Chinatown ini merupakan tempat yang asyik punya buat jalan-jalan, belanja dan wisata kuliner.  Banyak toko souvenir, barang-barang atau pernak-pernik, buku-buku dan obat-obatan. Yang paling banyak sih makanan tapi buat yang muslim kudu hati-hati mengenai kehalalan makanannya, enggak bisa sembarangan comot. Walaupun menggiurkan, harus dicek benar-benar kandungan bahan makanan di dalamnya. Kalau memang ragu mending enggak usah sih. Pada tahun 1921, hanya ada lima unit rumah makan di sini. Meningkat menjadi dua puluhan unit pada tahun 1932 dan menjadi 96 unit pada tahun 1946. Dan sekarang, jumlahnya menjadi lebih dari dua ratus unit.  Buanyak banget kan. Emang kalau untuk urusan perut mah nomer satu yah hehe.

Berbicara tentang Chinatown, sebenarnya di Indonesia juga banyak loh. Antara lain di Jakarta, Semarang, Surabaya, dan Lasem. Semuanya juga bagus-bagus dan besar. Cuma bedanya mungkin di Jepang pengelolaannya lebih bagus.
Nah, pertanyaan selanjutnya adalah kenapa sih ada pemukiman untuk orang-orang China?

Chinatown pada dasarnya terbentuk karena 2 faktor yaitu faktor politik dan faktor sosial.

1. Faktor politik berupa peraturan pemerintah lokal yang mengharuskan masyarakat China dikonsentrasikan di wilayah-wilayah tertentu supaya lebih mudah diatur (Wijkenstelsel). Ini lumrah dijumpai di Indonesia di zaman Hindia Belanda karena pemerintah kolonial melakukan segregasi berdasarkan latar belakang rasial. Diwaktu-waktu tertentu, malah diperlukan izin masuk atau keluar dari Pecinan (Passenstelsel) semisal di Batavia (Jakarta)

2. Faktor sosial berupa keinginan sendiri masyarakat China untuk hidup berkelompok karena adanya perasaan aman dan dapat saling bantu-membantu. Ini sering dikaitkan dengan sifat eksklusif orang China, namun sebenarnya sifat eksklusif ada pada etnis dan bangsa apapun, semisal adanya kampung Keling/ India di Medan, Indonesia; kampung Arab di Fujian, China atau pemukiman Yahudi di Shanghai, China.

Berada di Chinatown serasa berada di China. Ya jelaslah. Apalagi kalau ngeliat gerbang masuknya yang unik dan khas. Gerbang ini disebutnya "Paifang". Bentuknya berbeda dengan "Torii", yaitu pintu gerbang masuk ke kuil Sinto dan Buddha di Jepang. Torii berbentuk dua batang palang sejajar yang disangga dua batang tiang vertikal. Bangunan ini umumnya dicat dengan warna merah (oranye) menyala, dan kadang-kadang juga tidak dicat (warna asli bahan bangunan).

Salah Satu Paifang ini bernama Zenrin-mon (Shanlinmen)
Gerbang masuk ke Chinatown sangat unik dank khas. Di bagian atasnya bertuliskan pepatah China: "Shinjin Zenrin Qinren Shanlin" yang artinya "Persahabatan di antara negara yang bertetangga". Indah ya. Sebagaimana kita ketahui Jepang dan Republik Rakyat China adalah negara tetangga. Seyogianya, sebagai negara tetangga harus rukun, damai dan saling menghormati. Dan alangkah lebih indahnya lagi bila pepatah itu bisa diterapkan di masa sekarang dan yang akan datang ya. Semoga. [Zhang Li Feng / Yokohama]

* DA JIA PENG YOU - XIN NIEN KUAI LE - GONG XI FA CHAI *

ARTIKEL YANG BERKAITAN

Mari kita dukung kiriman artikel-artikel dari teman-teman Tionghoa, dengan cara klik "SUKA" dan teruskan artikel kesukaan Anda ke dalam facebook, twitter & googleplus Anda.

TERBARU HARI INI

ARTIKEL: BUDAYA

ARTIKEL: KEHIDUPAN

ARTIKEL: KESEHATAN

ARTIKEL: IPTEK

ARTIKEL: KISAH

ARTIKEL: BERITA