Raja gula dan sawit Asia Tenggara itu memuncaki daftar 40 orang terkaya se-Malaysia yang dirilis Business Times, Kamis (16/02). Total kekayaannya ditaksir RM 45,7 miliar, setara Rp 135,84 triliun.
Business Times mendasarkan perhitungannya pada aset perusahaan yang tercatat di bursa. Metode ini kurang lebih sama dengan perhitungan yang biasa dilakukan berkala Forbes.
Menyusul Kuok adalah Big boss Usaha Tegas Group, T. Ananda Krishnan dengan kekayaan RM 42,9 miliar. Kemudian juragan Public Bank, Tan Sri Teh Hong Piow dengan RM 12,6 miliar.
Di posisi ke-empat ada majikan IOI Corporation Bhd, Tan Sri Lee Shin Cheng, yang sekaligus menjadi satu-satu-nya bumiputera atau putera melayu dalam 5 besar orang terkaya.
Bagaimana dengan raja penerbangan murah Air Asia Bhd sekaligus pemilik tim balap Formula One, Tan Sri Tony Fernandes ? Lelaki ini hanya bertengger di posisi 15 dengan harta RM 1,77 miliar.
* Sejak 1949
Keluarga Kuok merupakan salah satu keluarga terkaya di Asia Tenggara. Mesin uangnya tersebar mulai dari jemaring konglomerasi bisnisnya di bidang pertanian, real estate, dan jasa keuangan.
Kerajaan bisnis keluarga itu didirikan di Malaysia pada 1949, oleh tiga orang bersaudara Kuok, salah satu di antaranya adalah Robert Kuok.
Mengawali bisnisnya di bidang perdagangan komoditas pertanian, pada 1952 kelompok usaha ini sudah melebarkan sayapnya ke Singapura, disusul Thailand, Indonesia, Hong Kong, dan China.
Masuk ke 80-an, generasi kedua konglomerasi ini sudah mulai berkarya. Putera Kuok, Khoon Chen
kini menjabat direktur eksekutif anak usaha Kuok Group di bidang properti, Kerry Properties. Sementara itu, putera bungsunya, yakni Khoo Ean didapuk menjadi pemimpin dari bisnis hotel dan turisme, Shangri-La Asia.
Namun, sumber kekayaan terbesar keluarga Kuok sebenarnya bukan berasal dari unit-unit terbarunya itu. Mesin uang terbesarnya tidak lain adalah bisnis lamanya, perdagangan komoditas.
Salah satunya adalah industri minyak kelapa sawit dengan benderanya, Wilmar International Ltd. Untuk memimpin bisnis ini, Robert menempatkan keponakannya, Khoon Hong sebagai chairman.
* Peran Liem
Sudah sejak lama Kuok dan Liem berteman. Darah Fujian menautkan kedua patriarch konglomerasi ini. Banyak sudah laporan yang mengungkapkan sepak terjang keduanya.
Almarhum berkala Far Eastern Economic Review misalnya, pernah menulis bagaimana Kuok berhasil memperoleh lisensi pemasok gula yang dikeluarkan oleh Bulog pada 1970-an atas bantuan Liem.
Kuok juga disebut memiliki saham pabrik gula PT Gunung Madu milik Liem. Kedekatannya juga diyakini membuat PT Bogasari Flour Mills lancar beroleh gandum--komoditas lama dagangan Kuok.
Sosok Kuok jadi gunjingan di Malaysia pada akhir 2009 karena melepas seluruh sahamnya di Malaysia dan menggunakan uangnya untuk membesarkan industri gula, CPO dan terigu, di Indonesia.
Tahun ini Kuok bahkan sudah berencana menanamkan dana senilai US$ 10 miliar ke Indonesia untuk membangun perkebunan gula dan pabrik terbesar di dunia.
Kuok juga bikin gemas pemain sawit lain karena mengendalikan harga di China. Dia mempunyai saham mayoritas produsen minyak goreng Arowana yang menguasai 40% pasar minyak goreng China.
Bisnis sawit ini dimainkan Kuok melalui raksasa perkebunan terbesar se Asia Tenggara, Wilmar, yang juga punya saham di PT Kerry Sawit Indonesia.
Sementara itu, pada saat yang sama, Wilmar, emiten produsen pengolah sawit terbesar di dunia yang tercatat di bursa Singapura, juga berencana membangun pabrik terigu di Indonesia pada tahun ini.
* Jasa besar
Meski skala bisnisnya sudah mengglobal, pria kelahiran 6 Oktober 1923 di Johor Bahru ini memiliki jasa besar bagi Pemerintah Malaysia.
Tidak sedikit yang meyakini, tanpa perannya Malaysia tidak akan bisa memiliki maskapai penerbangan dan perusahaan pelayaran sehebat sekarang.
Tanpa tangan dingin Kuok, Malayan Airways sebagai cikal bakal Malaysia Airways tak akan ada. Tanpa Kuok, Malaysia tak akan memiliki Malaysia International Shipping Cooperation.
Tak cukup hanya dengan tangan dingin. Ketika PM Najib meminta sebagian dari aset-aset bisnisnya untuk diserahkan ke negara, Kwok pun memberikannya tanpa protes sama sekali.
Dia juga dikenal sebagai pebisnis berani. Sikap ini ditunjukkannya ketika pemimpin kharismatik China
Deng Xiaoping pada 1970-an memohon investasi luar masuk ke China. Kuok menjawab dengan membangun hotel bintang lima pertama di Beijing, Shangri-La. Tak heran, selain dihormati, bisnisnya di China pun berkembang pesat. Belakangan dia memiliki hak penjualan Coca Cola.
Namun, seperti Liem yang dituding menggangsir harta Indonesia ke luar negeri, kenyataannya, setelah nyaris habis dihantam krisis 1997, baik Liem dan Kuok melunasi utang mereka dan tak melarikan diri.
Namun, tentu saja ada beda di antara keduanya. Jika kemudian Liem meraih apresiasi dari Pemerintah Indonesia dalam bentuk Bintang Jasa Satya Lencana Pembangunan, Kuok tidak.
Kuok, yang sudah belanja miliaran ringgit di Malaysia tak mendapat gelar apapun, baik Tan Sri maupun Datok. Anda boleh curiga, itu karena dia bukan bumiputera, yang memilih tak mengemis ke negara. [David Ong / Kualalumpur]